Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menengok Kinerja Grup Djarum BBCA, TOWR, dan BELI Sepanjang 2023

Emiten-emiten Grup Djarum mulai dari BBCA, TOWR, hingga BELI mencatatkan pertumbuhan kinerja yang beragam sepanjang 2023.
Michael Bambang Hartono, salah satu pemilik Djarum Group, berfoto setelah wawancara di Jakarta pada Selasa (21/8/2018). Hartono merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia yang pundi-pundi kekayaannya berasal dari bisnis tembakau, perbankan, dan telekomunikasi. Dia juga pemain bridge profesional yang meraih medali perunggu di Asian Games 2018. - Bloomberg/Dimas Ardian
Michael Bambang Hartono, salah satu pemilik Djarum Group, berfoto setelah wawancara di Jakarta pada Selasa (21/8/2018). Hartono merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia yang pundi-pundi kekayaannya berasal dari bisnis tembakau, perbankan, dan telekomunikasi. Dia juga pemain bridge profesional yang meraih medali perunggu di Asian Games 2018. - Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA -- Emiten-emiten Grup Djarum mulai dari PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR), hingga PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI) tercatat telah mengeluarkan laporan keuangannya sepanjang 2023. 

Emiten-emiten milik dua bersaudara Michael dan Bambang Hartono ini mencatatkan kinerja yang beragam sepanjang 2023. Analis melihat dari deretan emiten Grup Djarum, saat ini hanya beberapa saham saja yang menarik untuk dicermati investor. 

Sebagai informasi, beberapa emiten Grup Djarum yang saat ini melantai di Bursa adalah Bank BCA, Sarana Menara Nusantara, Blibli, PT Supra Boga Lestari Tbk. (RANC), dan PT Solusi Tunas Pratama Tbk. (SUPR).

Berikut adalah rangkuman kinerja emiten-emiten Grup Djarum sepanjang 2023. 

1. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA)

Bank BCA mengantongi laba bersih Rp48,6 triliun sepanjang 2023. Laba bersih ini naik 19,4% secara tahunan atau year on year

Laba bersih ini tumbuh sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 13,9% atau Rp810,4 triliun. Pertumbuhan kredit ini berada di atas rata-rata industri. 

Laba BCA juga ditopang oleh pendapatan non-bunga yang tumbuh 5,5% year on year menjadi Rp23,9 triliun. Hal ini membuat pendapatan operasional BCA naik menjadi Rp99,3 triliun atau 14,4% secara tahunan.

2. PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR)

Emiten infrastruktur menara milik Grup Djarum ini meraup laba bersih Rp3,25 triliun sepanjang 2023. Raihan laba bersih ini turun 5,49% dibandingkan tahun 2022 sebesar Rp3,44 triliun.

Meningkatnya sejumlah beban dan biaya keuangan menjadi salah satu penyebab penurunan laba bersih TOWR ini. Beban pokok pendapatan TOWR meningkat menjadi Rp3,52 triliun, meningkat 21,04% year on year (yoy) akibat depresiasi dan amortisasi yang meningkat menjadi Rp2,84 triliun.

Selain itu, biaya keuangan TOWR juga meningkat 19,49% secara tahunan menjadi Rp2,85 triliun. 

Adapun TOWR mencatatkan pendapatan senilai Rp11,74 triliun pada 2023 atau naik 6,39% dari Rp11,03 triliun pada tahun 2022. 

3. PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI)

Kontras dengan BBCA dan TOWR yang mencatatkan laba bersih, emiten teknologi Grup Djarum Blibli masih mencatatkan rugi pada 2023. Dari laporan keuangannya, sepanjang tahun 2023 Blibli membukukan pendapatan sebesar Rp14,7 triliun, turun 3,61% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp15,26 triliun. 

Meski demikian, Blibli mencatatkan penurunan beban pokok pendapatan 12,32% menjadi Rp12,3 triliun, dari Rp14,04 triliun secara tahunan atau year on year (yoy). Penurunan beban pokok ini membuat laba bruto BELI naik hingga 96,56% menjadi Rp2,4 triliun, dari tahun 2022 yang sebesar Rp1,22 triliun. 

Meski merugi, Blibli tercatat mampu menekan rugi bersihnya sepanjang 2023. Rugi bersih BELI adalah sebesar Rp3,64 triliun, turun 33,83% dibandingkan tahun 2022 yang sebesar Rp5,5 triliun. 

4. PT Supra Boga Lestari Tbk. (RANC)

Sama seperti Blibli, emiten pengelola jaringan Ranch Market ini juga membukukan kerugian sepanjang tahun 2023. Rugi RANC membengkak 44,06% dibandingkan tahun 2022 dari Rp83,6 miliar, menjadi Rp120,5 miliar sepanjang tahun 2023. 

Peningkatan kerugian ini salah satunya disebabkan oleh meningkatnya beban operasi lainnya RANC menjadi Rp16,02 miliar, dari sebelumnya Rp6,07 miliar. 

Adapun RANC juga mencatatkan penurunan pendapatan 3,26% menjadi Rp2,8 triliun pada 2023, dari Rp2,89 triliun pada 2022. 

5. PT Solusi Tunas Pratama Tbk. (SUPR)

Emiten menara lainnya milik Grup Djarum, SUPR mencatatkan pertumbuhan laba bersih double digit sepanjang tahun 2023. SUPR membukukan laba bersih Rp1,12 triliun, naik 20,50% dibandingkan tahun 2022 yang senilai Rp936,3 miliar. 

Meski laba bersih tumbuh double digit, pendapatan SUPR justru tumbuh tipis 0,20% pada 2023. SUPR mencatatkan pendapatan senilai Rp1,89 triliun, naik dari 2022 sebesar Rp1,88 triliun. 

Rekomendasi Saham Grup Djarum

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai dari lima emiten Grup Djarum tersebut, dua di antaanya masih menarik untuk dicermati investor, yakni BBCA dan TOWR. Nafan melihat emiten lainnya yakni BELI, SUPR, dan RANC memiliki perdagangan yang kurang liquid. 

Untuk TOWR, Nafan melihat meskipun laba bersih emiten menara ini tergerus, akan tetapi kinerja pendapatannya masih positif. Dia melihat peluang bagi TOWR akan datang dari peningkatan penetrasi operator selular, visi pemerintah untuk pemerataan infrastruktur, dan mobilitas penduduk.

"Untuk TOWR disarankan long term, dengan target price pada harga Rp945," kata Nafan, Kamis (4/4/2024). 

Sementara itu, Analis Indo Premier Sekuritas Giovanni Dustin dan Ryan Dimitry dalam risetnya memberikan target harga Rp1.300 terhadap saham TOWR. Indo Premier menuturkan peningkatan rollout site secara organik, serta pertumbuhan pendapatan non-menara yang solid, mendukung rekomendasi beli Indo Premier Sekuritas terhadap saham TOWR. 

Akan tetapi, lanjutnya, risiko untuk saham TOWR akan datang dari pertumbuhan penyewaan yang rendah dan tekanan terhadap tarif sewa menara.

Sementara itu, untuk BBCA Nafan melihat terdapat peluang dari pertumbuhan kredit yang diperkirakan tumbuh double digit di tahun ini. 

Dia menjelaskan peluang pertumbuhan kredit ini akan didukung oleh adanya potensi Bank Indonesia dalam menerapkan kebijakan pelonggaran moneter. Dengan pelonggaran ini, Nafan menuturkan bank dapat meningkatkan dan menjaga ekspansi kredit dengan baik.

Nafan melihat saat ini saham BBCA tergolong bullish, yang ditopang oleh kenaikan kinerja top line maupun bottom line BBCA. Nafan memberikan rating accumulate terhadap saham BBCA dengan target harga Rp10.000 per saham untuk jangka waktu short term. 

"Terkait dengan program restrukturasi kredit yang mendekati akhir juga nanti semestinya bisa memberikan benefit terhadap membaiknya non-performing loan BBCA," ucap Nafan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper