Bisnis, JAKARTA — Pasar saham mengawali kuartal II 2024 dengan kinerja yang lesu, seiring dengan kian dekatnya periode libur Lebaran. Meski begitu, kalangan analis tidak kehilangan optimisme terhadap prospek kinerja pasar saham pada paruh pertama tahun ini.
Rekomendasi saham pada kuartal II/2024 ini menjadi salah satu berita pilihan dalam top 5 News Bisnisindonesia.id edisi Selasa (2/4/2024). Selain itu, sejumlah topik lainnya turut tersaji untuk pembaca seperti manuver agresif Pertamina, penyaluran dan pinjol hingga untung AS akibat sanksi Rusia.
1. Rekomendasi Saham Pilihan Kuartal II/2024
IHSG tercatat ditutup anjlok 1,15% hari ini, Senin (1/4/2024) ke level 7.205,06. IHSG bahkan sempat turun hingga di bawah level 7.200 hari ini, tepatnya di 7.137,46. Sebanyak 455 emiten mengalami penurunan harga saham hari ini, sedangkan yang menguat dan stagnan masing-masing hanya 167 emiten.
Penurunan tajam hari ini melanjutkan tren pelemahan yang sudah terjadi sejak pekan lalu. Pekan lalu, hanya ada 4 hari transaksi pasar. Sebanyak 3 hari di antaranya IHSG memerah.
Kondisi ini menjadikan IHSG kini kian jauh dari rekornya yang sempat menyentuh 7.433,31 pada penutupan perdagangan Kamis (14/3/2024). Bahkan, IHSG kini sudah di zona merah jika dibandingkan posisi akhir tahun 2023. IHSG tercatat turun 0,93% year-to-date (YtD).
Baca Juga
Menariknya, koreksi pada IHSG ini terjadi tepat setelah peluncuran papan pemantauan khusus full call auction tahap II diluncurkan pada Senin (25/3/2024). IHSG sempat menguat 0,38% hari itu, tetapi melemah selama 3 hari berturut-turut sebesar total -1,19% pekan lalu.
Namun, Bursa Efek Indonesia (BEI) membantah spekulasi pasar bahwa pelemahan tajam akhir-akhir ini adalah dampak dari penerapan papan pemantauan khusus full call auction tersebut.
2. Manuver Agresif Pertamina Berburu Cadangan Minyak di Negeri Orang
PT Pertamina Hulu Energi secara masif dan agresif terus berupaya memperkuat ketahanan energi nasional. Tak hanya berfokus pada sumber energi yang ada di dalam negeri, Subholding Upstream PT Pertamina (Persero) itu juga menyasar potensi besar minyak dan gas bumi yang ada di luar negeri.
Harapannya, dengan kehadiran Pertamina di luar negeri bisa memperkuat ketahanan energi nasional karena hasil produksinya akan dibawa ke Tanah Air untuk diolah di kilang-kilang Pertamina.
Terlebih, kinerja produksi siap jual atau lifting minyak dan gas bumi (migas) di dalam negeri masih sulit terungkit lantaran banyaknya pekerjaan rumah yang tak kunjung dapat terselesaikan hingga akhir 2023. Capaian pada tahun ini pun diproyeksikan tidak begitu menggembirakan.
Kendati kegiatan pengeboran dan rencana investasi migas makin agresif, nyatanya proyeksi lifting migas sampai akhir tahun ini tetap dipatok lebih rendah dari yang ditargetkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Di sisi lain, pemerintah masih memiliki harapan untuk dapat mewujudkan target lifting 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari pada 2030. Hanya saja, dengan tren produksi migas yang kian turun, tentu akan sangat sulit untuk merealisasikan target besar tersebut.
3. Penyaluran Dana Pinjol Sektor Produktif Makin Kendur
Penyaluran pinjaman industri financial technology peer-to-peer (fintech P2P) lending atau pinjaman online (pinjol) ke sektor produktif mengalami tren penurunan.
Padahal dalam Roadmap Pengembangan dan Penguatan Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi 2023–2028, disebutkan bahwa potensi pembiayaan UMKM di Indonesia masih sangat besar dan pemain fintech P2P lending diharapkan menjadi salah satu pendorong pembiayaan terhadap UMKM.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran pinjaman fintech ke sektor produktif menjadi Rp6,48 triliun pada Januari 2024. Catatan itu mengalami penurunan 8,45% secara tahunan (year-on-year/yoy). Kucuran pinjaman tersebut menyusut dibandingkan posisi Januari 2023 senilai Rp7,08 triliun.
Adapun berdasarkan data Statistik P2P Lending Periode Januari 2024, persentase penyaluran pinjamana ke sektor produktif hanya mengambil porsi 29,40% terhadap total penyaluran pinjaman. Secara keseluruhan, industri fintech P2P lending menyalurkan pinjaman senilai Rp22,07 triliun pada bulan pertama tahun ini, naik 17,79% yoy dari sebelumnya Rp18,74 triliun.
Jika ditelusuri, penurunan kucuran pinjaman ke sektor produktif hampir terjadi di setiap sektor. Salah satunya sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum (mamin) yang turun 15,92% yoy menjadi Rp851,57 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya mampu mengucurkan pinjaman Rp1,01 triliun.
4. Destinasi Wisata dan Perhotelan Menadah Berkah Libur Lebaran
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) memproyeksikan perputaran ekonomi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif ketika momen libur Lebaran tahun 2024 akan mencapai Rp276,11 triliun.
Angka perputaran ekonomi di sektor pariwisata ini mengalami kenaikan sebesar 15% dibandingkan dengan perputaran ekonomi lebaran tahun lalu yang senilai Rp240,01 triliun.
Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf/Baparekraf Dessy Ruhati mengatakan proyeksi perputaran ekonomi tersebut tidak lepas dari potensi pergerakan masyarakat selama periode libur Lebaran 2024.
Terlebih, Kementerian Perhubungan memprediksi akan ada sekitar 193,6 juta orang yang melakukan mobilitas selama libur lebaran ini. Angka ini meningkat dibandingkan pada masa Lebaran tahun 2023 yakni 123,8 juta orang.
Pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) sebagian besar akan mengarah ke Pulau Jawa dengan tiga daerah tujuan terbesar yakni Jawa Tengah sebanyak 61,6 juta orang, Jawa Timur 37,6 juta orang, dan Jawa Barat 32,1 juta orang.
Kemudian pelaku perjalanannya berasal dari daerah Jawa Timur sebesar 16,2%, Jabodetabek sebesar 14,7%, dan Jawa Tengah sebesar 13,5% dengan menggunakan empat moda transportasi yakni kereta, bus, mobil, dan motor pribadi.
5. AS Dulang Untung Setelah Jatuhkan Sanksi Minyak ke Rusia
Amerika Serikat (AS) diam-diam menerima benefit dari sanksi yang diterapkan terhadap Rusia dan Venezuela karena berhasil memasuki pasar yang sebelumnya didominasi oleh OPEC dan sekutunya.
Ekspor minyak AS mencatat rekor ekspor dalam 5 bulan sejak sanksi terhadap Rusia dan Venezuela diberlakukan. India menjadi salah satu pasar menjanjikan bagi AS, terutama setelah invasi Rusia ke Ukraina mengganggu rantai pasok pengiriman ke Eropa dan Asia.
Pada saat yang sama, OPEC+ termasuk Rusia menurunkan pasokan karena spekulasi tentang perekonomian global yang melambat dan permintaan China yang lemah. Data Bloomberg menunjukkan impor minyak Rusia turun sekitar 800.000 barel per hari sejak rekor tahun lalu.
"Produksi AS meningkat dan produksi OPEC dan Rusia menurun – sehingga AS, menurut definisinya, akan memiliki lebih banyak pangsa pasar," kata Gary Ross, konsultan minyak yang menjadi manajer dana lindung nilai di Black Gold Investors LLC.
Mayoritas penyulingan minyak India telah menolak pengiriman tanker dari perusahaan milik negara Sovcomflot PJSC (SCF), seperti dilaporkan Reuters pada 20 Maret. Hal ini berkaitan dengan sanksi dari AS. Padahal SCF adalah pemasok terbesar untuk minyak Rusia.