Bisnis.com, JAKARTA - Emiten afiliasi Pandu Sjahrir, PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) mencatatkan penurunan kinerja sepanjang tahun 2023. Laba bersih TOBA tercatat turun menjadi US$7,9 juta atau setara Rp124,8 miliar (kurs Jisdor Rp15.797 per dolar AS) di tahun 2023.
Dalam laporan keuangannya, TOBA mencetak pendapatan sebesar US$501,26 atau setara Rp7,91 triliun sepanjang tahun 2023. Pendapatan ini turun 21,16% dibandingkan tahun 2022 yang senilai US$635,7 juta.
Pendapatan ini diperoleh dari penjualan ekspor batu bara ke pihak ketiga sebesar US$378,7 juta, dan penjualan lokal senilai US$54,03 juta. Total penjualan batu bara TOBA pada 2023 adalah sebesar US$432,7 juta.
Lalu, pendapatan dari ketenagalistrikan sebesar US$59,16 juta, penjualan TBS, inti sawit, dan minyak sawit mentah US$5,9 juta, pendapatan treatment dan pembuangan limbah US$3,18 juta, serta pendapatan sewa kendaraan listrik senilai US$217.989.
Berdasarkan pelanggannya, TOBA membukukan pendapatan dari PLN sebesar US$74,3 juta, Taiwan Power Company, Taipei sebesar US$67,5 juta, dan Swiss Singapore Overseas Enterprise Pte. Ltd., Singapura US$3,06 juta.
Beban pokok pendapatan TOBA tercatat turun 12,47% menjadi US$437,4 juta di tahun 2023, dari US$499,7 juta di 2022.
Baca Juga
Meski demikian, laba bruto TOBA tetap turun 53,07% menjadi US$63,8 juta pada tahun 2023, dari US$136 juta pada tahun 2022.
Alhasil, laba bersih TOBA anjlok menjadi US$7,9 juta atau setara Rp124,8 miliar sepanjang 2023. Laba bersih ini terjun 86,33% dari tahun 2022 yang sebesar US$57,8 juta.
Adapun sepanjang tahun 2023, TOBA mencatatkan total aset sebesar US$947,8 juta, naik dari tahun 2022 yang senilai US$899,3 juta.
Total liabilitas TOBA juga meningkat menjadi US$524,15 juta di tahun 2023, dari US$475,6 juta di tahun 2022. Sementara itu, total ekuitas TOBA turun tipis menjadi US$423,6 juta di tahun 2023, dari US$423,7 juta di tahun 2022.