Bisnis.com, JAKARTA – Saham PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) ambles selama dua hari beruntun, atau tepatnya sejak Bursa Efek Indonesia (BEI) menetapkan papan pemantauan khusus tahap II dengan skema full call auction pada Senin (25/3/2024).
Saham WSBP terpantau mengalami penurunan masing-masing sebesar 10% dan 8,89% pada periode perdagangan 25 – 26 Maret 2024. Penurunan ini membuat saham perseroan bercokol di level Rp41 per lembar atau mencerminkan penurunan 18% year-to-date (YtD).
Saham anak usaha PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) ini memang masuk dalam papan pemantauan khusus karena laporan keuangan per kuartal III/2024 menunjukkan ekuitas negatif.
Terkait hal tersebut, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko WSBP Asep Mudzakir menuturkan bahwa penerapan skema full call auction atau lelang secara berkala penuh, memang baru pertama kali diterapkan di Indonesia.
Oleh karena itu, dia menyatakan bahwa dari sekitar 200 saham yang terdampak skema full call auction, mayoritas mengalami penurunan dan tak terkecuali saham WSBP.
“Full auction ini kalau ada yang menawar semisal hari itu cuma Rp5 juta tetapi harga di Rp45, begitu ditutup sesi, langsung dilepas turun semua. Jadi, bayangkan dengan pembelian misalkan hanya sekian persen, bisa mengubah harga saham secara keseluruhan,” kata Asep saat ditemui di Jakarta, Selasa (26/3/2024).
Baca Juga
Dia menilai bahwa penerapan skema tersebut masih dalam tahap pembiasaan. Selain itu, para investor juga masih mencermati dengan saksama mekanisme full call auction.
Full call auction merupakan mekanisme perdagangan dengan kuotasi bid dan ask yang akan match pada jam tertentu, kemudian harga saham akan ditentukan berdasarkan volume terbesar. Selama ini, call auction juga sudah digunakan pada sesi pra-pembukaan dan pra-penutupan.
Dalam aturan terbaru, seluruh saham di papan pemantauan khusus akan diperdagangkan secara call auction dengan lima sesi per hari, auto rejection 10%, serta harga minimum Rp1.
Hal itu berbeda dibandingkan aturan sebelumnya. Pada papan pemantauan khusus tahap I, terdapat dua sesi periode call auction dan harga minimum Rp1. Adapun saham dengan kriteria lain diperdagangkan secara continuous dengan auto rejection 10% dan harga minimal Rp50.
Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 1 BEI Firza Rizqi Putra menambahkan bahwa pada papan pemantauan khusus tahap II tidak ada informasi mengenai bid dan ask.
Alhasil, investor dapat memperhatikan data Indicative Equilibrium Price (IEP) dan Indicative Equilibrium Volume (IEV) untuk melihat potensi harga dan volume saham yang akan match.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy mengatakan tujuan dari implementasi papan pemantauan khusus tahap full call auction merupakan bentuk perlindungan terhadap investor dan untuk meningkatkan likuiditas saham-saham terkait.
“Tujuan kami adalah untuk melakukan perlindungan investor, dan justru meningkatkan likuiditas dari saham yang tadinya tidak likuid, atau misalnya dalam kriteria yang sebelumnya tidak dapat diperdagangkan secara auction, saat ini bisa diperdagangkan secara auction,” tuturnya,
Mengacu laman resmi BEI, ada 219 emiten yang masuk dalam daftar papan pemantauan khusus, di antaranya WSBP, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA), PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL), hingga PT Mahaka Media Tbk. (ABBA).