Bisnis.com, JAKARTA – Emiten produsen Indomie milik Anthony Salim, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) membukukan penjualan bersih konsolidasi senilai Rp67,91 triliun sepanjang 2023 atau tumbuh 5% dibandingkan capaian 2022 yakni Rp64,8 triliun.
Sejalan dengan meningkatnya penjualan bersih, laba usaha ICBP juga terkerek 8% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp14,39 triliun. Pada saat yang sama, marjin laba usaha perseroan juga mengalami kenaikan dari level 20,6% menjadi 21,2%.
Sementara itu, dengan tidak menghitung pos non-recurring dan selisih kurs, core profit ICBP mengalami pertumbuhan sebesar 27% YoY menjadi Rp9,27 triliun sepanjang tahun lalu.
Direktur Utama dan Chief Executive Officer ICBP Anthoni Salim menyatakan di tengah tantangan global dan lemahnya daya beli masyarakat, perseroan mampu menyesuaikan diri sehingga menorehkan pertumbuhan penjualan dan profitabilitas sepanjang 2023.
“Ke depannya, perekonomian Indonesia diperkirakan akan tetap tangguh di mana hal ini mendukung rencana ICBP untuk terus menyeimbangkan pertumbuhan penjualan dan profitabilitas, serta mempertahankan neraca keuangan yang sehat,” ujarnya, Senin (25/3/2024).
Selain itu, kata Anthoni, perseroan akan terus mencermati kondisi makro ekonomi secara global agar dapat melakukan penyesuaian strategi dengan perkembangan yang terjadi.
Baca Juga
Adapun PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) membukukan core profit sebesar Rp9,78 triliun sepanjang tahun lalu. Capaian tersebut meningkat 8% dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya yang mencapai Rp9,06 triliun.
Berdasarkan keterangan resminya, INDF mencatatkan penjualan neto konsolidasi sebesar Rp111,7 triliun atau tumbuh 1% jika dibandingkan perolehan 2022 yakni Rp110,83 triliun.
Seiring dengan kinerja penjualan, perseroan membukukan laba usaha yang relatif stabil di kisaran Rp19,66 triliun dengan marjin laba usaha secara sehat berada pada level 17,6%.
Alhasil, dengan tidak memperhitungkan akun non-recurring dan selisih kurs, core profit yang mencerminkan kinerja operasional meningkat 8% menjadi Rp9,78 triliun dari Rp9,06 triliun.