Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia menyampaikan sejumlah proyek PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) terus berjalan setelah perjanjian divestasi saham dan gelaran Pilpres 2024.
“Beberapa perusahaan yang kemarin wait and see belum mau melakukan investasi sudah mulai menyampaikan akan segera melakukan groundbreaking,” katanya dalam Konferensi Pers Prospek Investasi Pasca Pemilu, Senin (18/3/2024).
Bahlil mencontohkan, salah satunya, hampir seluruh rencana investasi PT Vale Indonesia akan direalisasikan dan dilakukan groundbreaking tahun ini.
“[Selain itu] CATL juga akan mulai groundbreaking, dan beberapa industri lain khususnya untuk pembuatan etanol dan blue ammonia di Bintuni,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui, Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan mengumumkan hasil Pilpres 2024 pada Rabu, 20 Maret 2024. KPU mencatat, paslon presiden Prabowo Subianto dan wakil presiden Gibran Rakabuming Raka unggul di 31 provinsi dari 33 provinsi yang telah melalui proses rekapitulasi.
Bahlil menyampaikan, investor sebelumnya cenderung wait and see menunggu hasil Pemilu 2024 dan kepastian pemerintahan ke depan dapat segera beraksi.
Baca Juga
Dengan demikian, Bahlil optimistis target investasi pada tahun ini yang sebesar Rp1.650 triliun akan tercapai.
“Alhamdulillah Pilpres semoga apa yang diputuskan KPU bisa hanya sekali putaran karena kita lihat perbedaannya jauh sekali, tapi kita tunggu hasil keputusan KPU. Tetapi, kami berani untuk kemudian melakukan formulasi, target Rp1.650 triliun bisa tercapai,” kata dia.
DIVESTASI SAHAM INCO
Sementara itu, setelah kesepakatan divestasi, PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) akan fokus menjalankan tiga proyek dengan total investasi US$9 miliar bersama mitra. Nilai tersebut setara Rp140,73 triliun dengan estimasi kurs di level Rp15.637.
Holding BUMN pertambangan MIND ID diketahui telah menyepakati akuisisi 14% saham INCO dengan Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd. (SMM). Harga saham yang disepakati antarpihak sebesar Rp3.050 per lembar saham.
Sebagai informasi, kesepakatan tersebut merupakan syarat untuk mendapatkan perpanjangan kontrak karya dalam bentuk izin usaha pertambangan khusus (IUPK).
Presiden Direktur dan CEO Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan bahwa dengan penandatanganan perjanjian jual beli saham dalam rangka divestasi, perseroan telah selangkah lebih maju untuk mendapatkan perpanjangan kontrak karya dalam bentuk IUPK.
Dia menuturkan proses perpanjangan kontrak karya dalam bentuk IUPK saat ini tengah berlangsung dan diharapkan bisa diselesaikan dalam waktu dekat.
“Kami berharap IUPK bisa kami dapatkan dalam waktu dekat dan kami akan fokus untuk menjalankan semua proyek pengembangan kami baik di Pomalaa, Bahodopi dan Sorowako dengan total investasi sebesar US$9 miliar [bersama mitra],” ujarnya Senin (26/2/2024).
Febriany memastikan para pihak akan berupaya agar penyelesaian transaksi divestasi dilakukan dalam waktu singkat, dengan tetap mengikuti semua peraturan perundangan yang berlaku.
“Pemberitahuan selanjutnya tentang proses atau penyelesaian divestasi akan disampaikan dalam beberapa waktu ke depan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku,” pungkasnya.
Dengan kesepakatan tersebut, MIND ID kini telah menjadi pemegang saham terbesar Vale Indonesia dengan kepemilikan mencapai 34% saham. Sementara itu, VCL menggenggam 33,88% saham, SMM sebesar 11,48%, dan publik memiliki 20,63%.
PROGRES PROYEK JUMBO VALE
Adapun tiga proyek jumbo yang dimiliki Vale Indonesia adalah proyek Pomalaa, Bahodopi dan Sorowako yang tercatat memiliki total investasi sebesar US$9 miliar atau sekitar Rp140 triliun.
Berdasarkan keterbukaan informasi beberapa waktu lalu, manajemen INCO menyampaikan bahwa proyek Pomalaa saat ini telah membuat kemajuan pada pekerjaan konstruksi awal tambang, sambil menyelesaikan proses tender EPC untuk pembangunan tambang.
“Pasca penandatanganan perjanjian tiga pihak antara INCO, Huayou, dan Ford pada awal tahun lalu, dengan gembira kami menginformasikan bahwa Ford telah resmi bergabung menjadi pemegang saham PT Kolaka Nickel Indonesia,” kata manajemen INCO.
PT Kolaka Nickel Indonesia merupakan adalah perusahaan patungan yang didirikan untuk membangun dan mengoperasikan pabrik Halmahera Persada Lygend (HPAL) di Pomalaa.
Di sisi lain, perseroan menyatakan telah mendapatkan AMDAL baru untuk area tambang di Bahodopi dan juga kawasan industri Sambalagi. Laju pembebasan lahan di area pertambangan juga meningkat pesat sehingga memungkinkan INCO memacu pertumbuhan ke depan,
Saat ini, INCO sedang melanjutkan pembangunan pelabuhan untuk pengangkutan bijih. Pembangunan pabrik di Sambalagi juga berjalan dengan baik, dan INCO tengah melanjutkan proses kontrak EPC untuk pembangunan pabrik dan infrastruktur pendukungnya.
Terakhir adalah proyek Sorowako yang telah menandatangani perjanjian kerja sama definitif dengan Huayou untuk pembangunan HPAL di Luwu Timur. Kini, Huayou diketahui tengah menyelesaikan semua perizinan yang dibutuhkan.
INCO mengklaim akan berkomitmen untuk meningkatkan partisipasi pekerja lokal di sekitar operasi dan aktivitas bisnis, termasuk di proyek pertumbuhan. Per 31 Desember 2023, proyek pertumbuhan INCO mempekerjakan 98,6% pekerja Indonesia dan 67,6% pekerja lokal.