Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah ke Level Rp15.578 Usai Inflasi AS Meningkat

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah ke level Rp15.578 pada Kamis (14/3/2024) atau setelah data inflasi Amerika Serikat.
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Selasa (5/9/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Selasa (5/9/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah ke level Rp15.578 pada Kamis (14/3/2024) atau setelah data inflasi Paman Sam menunjukkan peningkatan. Adapun dolar AS terpantau menguat.

Mengutip data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 3 poin atau 0,02% menuju level Rp15.578 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS menguat tipis 0,01% menuju posisi 102,79.

Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia mayoritas dibuka melemah. Won Korea, semisal, melemah 0,16%, diikuti yuan China yang mengalami pelemahan 0,07% serta ringgit Malaysia turun 0,03%. Adapun rupee India melemah 0,10%, dan baht Thailand turun 0,06%.

Pengamat komoditas dan mata uang, Lukman Leong, menuturkan bahwa dolar AS memiliki peluang untuk mengalami penguatan usai data inflasi menunjukkan peningkatan.

Sebagai informasi, inflasi indeks harga konsumen (IHK) di AS naik ke level 3,2% YoY pada Februari 2024 atau lebih tinggi dari ekspektasi konsensus yang dipatok 3,1% YoY. Secara bulanan, inflasi mencapai 0,4% MoM sejalan dengan ekspektasi konsensus.

“Dolar AS masih berpotensi kembali menguat setelah data inflasi yang lebih kuat. Rupiah diperkirakan berpeluang terkoreksi pada rentang Rp15.500 – Rp15.650,” ujar Lukman kepada Bisnis dikutip pada Kamis (14/3/2024).

Adapun analis Citigroup Inc., Natwest Markets dan lainnya telah memproyeksikan bahwa rupiah akan diperdagangkan di level Rp15.800 per dollar AS pada kuartal II/2024.

Rupiah diprediksi tertekan karena memburuknya neraca perdagangan Indonesia akibat peningkatan impor. Surplus perdagangan Indonesia jatuh ke level terendah lantaran didorong oleh impor barang-barang konsumsi yang lebih tinggi menjelang Ramadan.

“Prospek jangka pendek rupiah cenderung melemah karena impor musiman yang lebih tinggi menjelang bulan Ramadan dan rendahnya konversi ekspor yang disebabkan oleh penguatan dolar AS,” ungkap para ahli strategi Bank of America.

Mereka menyatakan kondisi itu diperkirakan berlanjut dan membuat rupiah tetap di bawah tekanan selama satu bulan ke depan. Apalagi, emiten Tanah Air akan mulai membagikan dividen sehingga investor asing diperkirakan meraup US$2,4 miliar dalam beberapa bulan mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper