Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup menguat ke level Rp15.575 pada perdagangan hari ini, Rabu (13/3/2024). Rupiah menguat di saat mayoritas mata uang Asia lainnya melemah.
Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup menguat 0,10% ke Rp15.575 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,03% ke 102,92.
Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia ditutup bervariasi. Yen Jepang turun 0,04%, dolar Singapura turun 0,05%, dolar Taiwan turun 0,17%, won Korea Selatan turun 0,27%, dan peso Filipina turun 0,13%.
Kemudian rupee India turun 0,12%, yuan China melemah 0,17%, ringgit Malaysia turun 0,23%, dan baht Thailand naik 0,11%.
Sebelumnya, Analis Citigroup Inc., Natwest Markets, dan lainnya memproyeksikan rupiah diperdagangkan menuju Rp15.800 per dollar AS pada kuartal II/2024 di tengah-tengah tekanan musiman.
Memburuknya neraca perdagangan Indonesia karena meningkatnya impor, bersama dengan investor luar negeri yang ingin menerima pembayaran dividen, akan menekan rupiah.
Baca Juga
Surplus perdagangan Indonesia jatuh ke level terendah dalam enam bulan di bulan Januari, didorong oleh impor barang-barang konsumsi yang lebih tinggi menjelang bulan Ramadan.
"Prospek jangka pendek Rupiah cenderung melemah karena impor musiman yang lebih tinggi menjelang bulan Ramadan dan rendahnya konversi ekspor yang disebabkan oleh penguatan dolar AS," para ahli strategi Bank of America yang dipimpin oleh Claudio Piron menulis dalam sebuah catatan untuk para klien dilansir dari Bloomberg, Senin (11/3/2024).
Menurutnya, hal tersebut mungkin akan tetap menjadi tema yang terus berlanjut untuk rupiah dalam waktu dekat, menjaganya tetap di bawah tekanan selama sebulan ke depan.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia juga akan mulai membagikan dividen. Menurut Citi, para investor asing diperkirakan akan meraup US$2,4 miliar dalam tiga bulan ke depan, menurut Citi.
"Perusahaan ini cenderung memudarkan performa outperformance rupiah. mengingat tren-tren belakangan ini, termasuk tantangan-tantangan yang berhubungan dengan perdagangan," kata Gordon Goh, seorang ahli strategi di Singapura.
Lebih lanjut, mata uang Garuda untuk reli menuju 15.350, menurut TD Securities. Hal ini merupakan level terkuat dalam enam bulan karena prospek penurunan suku bunga Federal Reserve akan segera membayangi hambatan-hambatan jangka pendek.
Momentum tersebut juga akan mendorong pembelian obligasi dengan beberapa investor yang telah membeli surat utang Indonesia untuk mengantisipasi perubahan suku bunga The Fed.
"Arus obligasi mempengaruhi mata uang secara signifikan, yang mungkin mulai menguat ke Rp15.500 per dolar AS di akhir kuartal II/2024," kata Edward Lee, kepala ekonom dan kepala FX ASEAN dan Asia Selatan di Standard Chartered.