Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir akan mempertahankan Febriany Eddy sebagai Direktur Utama PT Vale Indonesia Tbk. (INCO).
Langkah tersebut diambil setelah holding BUMN pertambangan MIND ID menyepakati akuisisi saham sebesar 14% dari total kepemilikan saham INCO dengan Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd. (SMM).
Erick Thohir menuturkan sebagai bagian dari keberlanjutan atas operasional perusahaan, Kementerian BUMN dan MIND ID akan tetap menunjuk Febriany Eddy sebagai Direktur Utama atau Dirut Vale Indonesia setelah kesepakatan divestasi rampung.
“Saudari Febriany Eddy tetap akan menjadi Direktur Utama [Vale Indonesia] mewakili MIND ID,” ujar Erick dalam keterangan tertulis, Senin (26/2/2024).
Menurutnya, keberlanjutan merupakan hal penting bagi Vale Indonesia. Oleh karena itu, Erick Thohir meyakini Kementerian BUMN dan VCL memiliki kesamaan komitmen dalam mengelola perseroan ke depan.
“Kami dan VCL, sebagai pemegang saham terbesar pertama dan kedua, telah bersepakat untuk melanjutkan komitmen hilirisasi sebagai bentuk dukungan perusahaan terhadap program strategis pemerintah,” tuturnya.
Baca Juga
Dengan kesepakatan tersebut, MIND ID telah menjadi pemegang saham terbesar Vale Indonesia dengan kepemilikan mencapai 34% saham. Sementara itu, VCL menggenggam 33,88% saham, SMM sebesar 11,48%, dan publik memiliki 20,63%.
Adapun pada November 2023 telah ditandatangani heads of agreement yang menyatakan MIND ID dan VCL akan melakukan joint control atas pelaksanaan kegiatan usaha INCO.
“Harga saham yang disepakati sebesar Rp3.050 per lembar saham. MIND ID akan bersama-sama dengan VCL mengendalikan PT Vale Indonesia karena ini sifatnya kontrol bersama atau joint control over corporation,” ujar Erick.
Divestasi ini merupakan bagian dari upaya Vale Indonesia dalam memenuhi kewajiban divestasi sesuai dengan undang-undang pertambangan mineral dan batu bara di Indonesia.
Erick menegaskan Indonesia memiliki peran strategis dalam industri nikel global dan berpotensi mengambil kendali dalam menentukan arah industri. Melalui divestasi ini, Indonesia menunjukkan komitmen untuk ada di garis depan dalam pengembangan hilirisasi nikel.