Bisnis.com, JAKARTA — Emiten nikel PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) atau Harita Nickel membidik produksi nikel sebesar 120.000 ton nikel dalam feronikel sepanjang 2024.
Direktur Utama Harita Nickel Roy A. Arfandy mengatakan target tersebut akan dicapai melalui dua smelter RKEF yang telah beroperasi, yakni Megah Surya Pertiwi (MSP) dan Halmahera Jaya Feronikel (HJF). MSP memiliki kapasitas terpasang 25.000 ton kandungan nikel dalam feronikel, dan HJF dengan kapasitas terpasang 95.000 ton kandungan nikel dalam feronikel.
“Target produksi kami untuk produk feronikel di tahun 2024 sebanyak 120.000 ton kandungan nikel dalam feronikel,” kata Roy kepada Bisnis, Senin (19/2/2024).
Lebih lanjut, Roy mengatakan untuk produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) akan dihasilkan melalui Halmahera Persada Lygend (HPL) memiliki kapasitas terpasang 55.000 ton kandungan nikel dalam MHP.
Produksi MHP dari Harita Nickel akan meningkat setelah beroperasinya Obi Nickel Cobalt (ONC) yang memiliki kapasitas terpasang 65.000 ton kandungan nikel dalam MHP. Produksi ONC akan berkisar di 30.000 ton, seiring dengan pengoperasian tiga jalur produksi MHP yang akan dilakukan secara bertahap sepanjang tahun 2024.
NCKL memandang bijih nikel kadar tinggi (saprolit) dengan produk turunan berupa feronikel, kebutuhan akan stainless steel masih dibutuhkan banyak sektor seperti otomotif hingga peralatan rumah tangga.
Baca Juga
Sementara peluang bagi produk turunan bijih nikel kadar rendah (limonit) berupa MHP, nikel sulfat, dan kobalt sulfat sebagai produk bahan baterai kendaraan listrik tetap terbuka lebar seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap kendaraan listrik berbasis baterai yang ramah lingkungan.
“Kebutuhan dunia terhadap baja nirkarat atau stainless steel dan pertumbuhan penjualan kendaraan listrik dunia menjadi dua aspek utama yang menentukan prospek nikel di tahun ini,” kata Roy.
Meskipun demikian, kondisi makro ekonomi yang menantang saat ini, ditambah dengan tingginya pertumbuhan produksi nikel di Indonesia juga mempengaruhi pasar nikel dunia.
Hal ini akan membentuk ekuilibrium baru, baik untuk suplai dan permintaan nikel dunia maupun dari sisi harga. Peningkatan kondisi ekonomi global dalam waktu mendatang diharapkan dapat turut mendorong pertumbuhan permintaan akan produk turunan nikel dan meningkatkan prospek industri nikel secara keseluruhan.