Bisnis.com, JAKARTA — Tingginya kinerja laba di kalangan bank-bank jumbo sepanjang 2023 lalu tentu membangkitkan harapan bakal tinggi pula pembagian dividen mereka pada tahun ini bagi para pemegang saham.
Bank-bank jumbo yang tergabung dalam Kelompok Bank Modal Inti (KBMI) IV terdiri atas PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI).
Keempat bank ini telah menerbitkan laporan kinerja akhir tahun 2023 mereka pada Januari 2024 lalu. Hasilnya, masing-masing bank sukses mencetak pertumbuhan kinerja yang tinggi, bahkan menyentuh rekor laba sepanjang sejarah berdirinya masing-masing bank.
Bank Mandiri telah membukukan laba bersih sebesar Rp55,06 triliun pada 2023, naik 33,73% secara tahunan (year-on-year/ YoY). Sementara itu, BCA meraup laba bersih Rp48,63 triliun pada 2023, naik 19,4% YoY.
Kemudian, BRI membukukan laba bersih konsolidasi Rp60,09 triliun, naik 17,43% YoY. Selain itu, BNI membukukan laba bersih konsolidasi Rp20,9 triliun, naik 14,14% YoY.
Artikel tentang proyeksi dividen bank jumbo menjadi salah satu berita pilihan BisnisIndonesia.id hari ini, Sabtu (3/2/2024). Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id. Berikut ulasannya:
Keyakinan Menjaga Performa Ekonomi RI
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi hanya tumbuh 5%, angka tersebut di bawah target APBN sebesar 5,3%. Kendati begitu, pemerintah cukup optimistis mampu mencapai target yang ditetapkan.
Meskipun hanya tumbuh 5%, pemerintah memandang ekonomi pada 2023 terbilang cukup baik, lantaran tantangan yang masih besar.Melihat laporan World Economic Outlook (WEO) edisi Januari 2024 yang rilis Selasa (30/1/2024), IMF memproyeksikan ekonomi Indonesia mampu tumbuh di level 5% . Proyeksi tersebut tidak berubah dari perkiraan sebelumnya.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi RI dari IMF diambil berdasarkan asumsi kebijakan fiskal dan moneter RI. Pada WEO edisi sebelumnya, IMF telah meramalkan ekonomi RI akan mampu tumbuh seperti yang pemerintahkan harapkan, meski proyeksi ekonomi global dari berbagai lembaga terus dipangkas.
Di samping itu, pada WEO Januari 2024 pula IMF merevisi ke atas prospek ekonomi global 2024, dari 2,9% menjadi 3,1%. Sementara negara mitra dagang Indonesia lainnya, yakni China, masih diproyeksikan akan tumbuh melambat, di mana konsumsi dan investasi yang lebih lemah terus membebani aktivitas.
Duduk Perkara Polemik Pinjol & Opsi Student Loan Demi Bayar UKT
Pembayaran kuliah dengan skema pinjaman online atau pinjol baru-baru ini menjadi perhatian publik. Skema tersebut menjadi opsi bagi mahasiswa yang memiliki tunggakan uang kuliah di perguruan tinggi Institute Teknologi Bandung.
Di tengah polemik pinjol untuk membayar uang kuliah, pemerintah tengah menggodok opsi skema student loan Indonesia. Mengingat, dalam Undang-Undang Nomor 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi (UU Dikti) mengamanatkan bahwa tidak boleh ada mahasiswa yang terputus kuliahnya karena alasan biaya. Pemerintah, baik di tingkat pusat, daerah, maupun pihak kampus, justru harus membantu masalah keuangan mahasiswa terkait.
Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (KM ITB) buka suara terkait duduk perkara polemik pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) tersebut. Ketua Kabinet KM ITB Muhammad Yogi Syahputra mengatakan, cicilan UKT melalui pinjol Danacita ini merupakan kebijakan yang ditetapkan rektorat ITB sebagai salah satu solusi dan opsi mahasiswa untuk bisa membayar tunggakan UKT.
“Tiba-tiba Bu rektor membuat sebuah kebijakan, di mana kalau nggak bisa bayar tunggakan [UKT] ini harus cuti. Dan di tengah kekisruhan itu semua, kemudian dipromosikanlah solusinya, salah satunya itu adalah Danacita yang kemudian di-up pada website pembayaran UKT-nya ITB,” kata Yogi saat dihubungi Bisnis, Kamis (1/2/2024).
Proyeksi Dividen Bank Jumbo Usai Cetak Laba Gemuk di 2023
Pada tahun lalu, BRI membagikan dividen tunai senilai Rp43,5 triliun, mencapai 85% dari total laba bersih 2022. Apabila berkaca dalam 5 tahun terakhir, tebaran dividen BRI terus mencatatkan peningkatan rasio. Dibandingkan dengan rasio dividen pada 2018, yakni sebesar 49%, maka terjadi peningkatan rasio tebaran dividen 36 poin persentase di BRI hingga mencapai 85% pada tahun buku 2022.
BCA juga telah membagikan dividen tunai sebesar Rp25,3 triliun pada tahun buku 2022 dengan rasio 62,1%. BCA pun mengalami peningkatan rasio dividen mereka dalam 5 tahun terakhir. Pada 2018, bank menetapkan rasio dividen 32%, lalu naik menjadi 62,1% pada tahun buku 2022.
Kemudian, Bank Mandiri menetapkan pembagian dividen tunai sebesar Rp24,7 triliun atau 60% dari total laba bersih perseroan tahun buku 2022. Dibandingkan bank jumbo lainnya, BMRI menerapkan rasio dividen yang relatif tidak berubah sepanjang 5 tahun terakhir di angka 60%.
Hanya BBNI yang menebar dividen dengan rasio di bawah 50%. Untuk tahun buku 2022, bank telah menebar dividen Rp7,3 triliun atau 40% dari total laba bersih. Namun, BNI tetap mengalami peningkatan pesat rasio dividennya pada tahun buku 2022 menjadi sebesar 40% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 24%.
Beda Sikap Emiten Properti Menatap Prospek Bisnis di 2024
Emiten-emiten properti memiliki pandangan berbeda dalam menilai prospek bisnis properti di tahun politik 2024. Meski demikian, secara umum pelaku industri ini meyakini dapat mengoptimalkan potensi pertumbuhan mereka tahun ini.
Adapun, sentimen utama yang bakal mempengaruhi dinamika bisnis properti tahun ini yakni Pemilu 2024 hingga prospek penurunan suku bunga acuan atau BI rate.
Faktor pemilu di satu sisi dapat meningkatkan daya beli masyarakat karena peningkatan dana beredar, tetapi di sisi lain dapat mendorong sikap wait and see di kalangan konsumen, terutama terkait keputusan investasi.
Sementara itu, faktor suku bunga acuan yang berpotensi turun dapat menjadi sentimen positif, sebab bakal meringankan beban cicilan konsumen yang membeli properti dengan skema KPR. Hanya saja, sejauh ini pasar belum dapat memastikan langkah bank sentral global dan Bank Indonesia.
Angin Segar Kepastian Penyelesaian Tol Bocimi
Penyelesaian pembangunan jalan tol Bogor – Ciawi – Sukabumi (Bocimi) Seksi 3 – 4 ruas Cibadak – Sukabumi Timur mendapatkan titik terang.
PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) resmi mengambil alih 25% saham PT Waskita Toll Road (WTR) anak usaha PT Waskita Karya Tbk (WSKT) di PT Trans Jabar Tol (TJT).
Dengan masuknya Sarana Multi Infrastruktur (SMI) sebagai pemegang saham, maka komposisi pemegang saham PT Trans Jabar Tol (TJT) dimiliki oleh Waskita Toll Road (WTR) sebesar 74,99%, SMI menggenggam 25%, dan Koperasi Waskita sebesar 0,01%. Akuisisi tersebut dilakukan untuk mendukung pecepatan pembangunan Jalan Tol Bocimi khususnya pada seksi Cibadak – Sukabumi Barat.
Untuk diketahui, Jalan Tol Bocimi merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang tercantum dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional.