Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BI Ungkap Biang Kerok Rupiah Tembus Rp15.800 Per Dolar AS

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan nilai tukar rupiah dalam 1 hingga 2 pekan terakhir lebih dipengaruhi oleh pemberitaan terkait dengan kondisi global.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers Hasil RDG pada Kamis (23/11/2023)/tangkapan Youtube Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers Hasil RDG pada Kamis (23/11/2023)/tangkapan Youtube Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa perkembangan nilai tukar rupiah dalam 1 hingga 2 pekan terakhir lebih dipengaruhi oleh pemberitaan terkait dengan kondisi global.

“Dalam jangka pendek, ada faktor-faktor berita. 1-2 minggu terakhir yang berpengaruh terhadap tatanan nilai tukar, tidak hanya rupiah, tapi seluruh [mata uang] dunia,” katanya dalam konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Selasa (30/1/2024).

Perry menjelaskan, pasar memperkirakan suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS), Fed Funds Rate (FFR) akan mulai diturunkan pada kuartal pertama atau kedua 2024.

Namun demikian, imbuhnya, the Fed kemungkinan juga belum akan menurunkan suku bunga jika melihat data perekonomian AS terbaru.

“Ini faktor berita yang membawa dolar AS yang tempo hari melemah, menguat lagi. Tempo hari indeks dolar sudah turun dari 103 ke 102, naik lagi ke 103, malah di atas 103. Sehingga seluruh mata uang dunia melemah, tidak terkecuali rupiah,” jelasnya.

Selain itu, perkembangan nilai tukar rupiah juga dipengaruhi oleh pemberitaan terkait eskalasi tensi geopolitik di Timur Tengah dan Laut China Selatan. 

Perry menambahkan, ada juga pemberitaan terkait kebijakan di China yang menghentikan pinjaman saham tertentu agar tidak terjadi short selling, dalam rangka menjaga pasar saham tidak merosot di negara tersebut.

“Berita-berita itu yang membuat kemudian tekanan nilai tukar mata uang dunia termasuk rupiah itu meningkat,” tuturnya.

Padahal, menurut Perry, nilai tukar rupiah seharusnya mengalami penguatan sejalan dengan fundamental Indonesia yang tetap kuat.

Dia mencontohkan, surplus neraca perdagangan Indonesia terus berlanjut hingga akhir 2023. Tercatat, surplus neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2023 mencapai US$3,31 miliar dan ini menandakan surplus selama 44 bulan beruntun. 

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun tetap kuat dengan laju inflasi 2023 yang terkendali dalam kisaran yang rendah, mencapai 2,61% pada akhir 2023.

“Jadi ini faktor-faktor fundamental itu mestinya rupiah menguat, itu tren,” jelas Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper