Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Hari Ini, Dapatkah Rebound?

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini berpeluang tipis melakukan rebound akibat kurangnya katalis positif.
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Selasa (5/9/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Selasa (5/9/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Live Timeline

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini berpeluang tipis melakukan rebound akibat kurangnya katalis positif.

Mata uang rupiah kembali ditutup melemah ke level Rp15.516 per dolar AS pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (5/1/2024).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan pekan ini dengan penurunan 0,16% atau 25 poin ke level Rp15.516 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS bergerak menguat 0,19% ke posisi 102,332. 

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak beragam terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,24%, dolar Hong Kong melemah 0,01% dan dolar Singapura turun 0,13%. Kemudian won Korea melemah 0,44%, peso Filipina melemah 0,17%, ringgit Malaysia turun 0,32% dan bath Thailand melemah 0,37%. 

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan greenback melonjak minggu ini karena para pedagang mencari lebih banyak keyakinan bahwa The Fed akan mulai memotong suku bunga pada awal tahun 2024. 

Para pedagang terlihat mengurangi ekspektasi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya paling cepat pada bulan Maret 2024, sementara cakupan penuh dari potensi pemotongan tersebut juga masih belum jelas.

"Alat CME Fedwatch melihat para pedagang menurunkan ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga pada bulan Maret 2024 menjadi 62% dari 72% yang terlihat pada minggu sebelumnya," katanya dalam riset harian, dikutip Senin (8/1/2024). 

Lebih lanjut, Ibrahim mengatakan pasar tenaga kerja yang melemah dan inflasi yang lebih lemah adalah dua faktor utama yang dipertimbangkan oleh The Fed dalam memangkas suku bunganya.

Meskipun keduanya telah melemah secara substansial dalam beberapa bulan terakhir, para pedagang masih belum yakin apakah hal tersebut akan cukup untuk mendorong pelonggaran moneter agresif oleh The Fed pada tahun 2024.

Di sisi lain, pemerintah optimis kinerja neraca perdagangan Indonesia masih akan mencatatkan surplus di tahun 2024. Adapun hingga November 2023 neraca perdagangan RI tercatat surplus 43 berturut-turut dengan nilai US$33,63 miliar.

Seperti diketahui, pemerintah juga menetapkan target neraca perdagangan Indonesia pada 2023 surplus sebesar US$38,3 miliar – USD38,5 miliar. Artinya, capaian yang sebesar US$33,63 miliar masih beum mencapai target yang ditentukan.

Angka tersebut menurun US$16,91 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$50,54 miliar.

Guna untuk terus mencapai dan mempertahankan surplus neraca perdagangan RI, pihaknya berupaya untuk menemukan pasar baru dan mengembangkan nilai tambah perdagangan. Agar neraca perdagangan tetap surplus, maka kerja keras seluruh stakeholder yang ada dan kata kuncinya adalah kolaborasi, menemukan pasar-pasar baru sebagai nilai tambah.

Sementara itu, untuk perdagangan hari ini Senin (8/1/2024) Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.510- Rp15.560 per dolar AS. 

11:15 WIB
Rupiah Masih Solid

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa fundamental ekonomi Indonesia cukup solid memasuki 2024 dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang resilien dan tingkat inflasi yang terkendali dalam sasaran target Bank Indonesia.

Kondisi ini dapat menjadi daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia di tengah semakin terbukanya ruang pemotongan suku bunga global pada 2024 yang mana berdampak pada naiknya sentiment risk on. 

“Tentunya ini akan memberikan peluang yang cukup besar bagi rupiah untuk terapreasiasi pada 2024,” katanya.

Josua memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan cenderung terapresiasi ke kisaran Rp15.100–Rp15.300 per dolar AS pada 2024.


Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper