Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah sentimen positif diprediksi dapat menyengat kinerja pasar saham dan obligasi di tahun ini. Investor reksa dana dapat memanfaatkan momentum dari kinerja aset dasar atau underlying asset tersebut untuk meraup cuan pada awal 2024.
Berdasarkan data Infovesta periode 22-29 Desember 2023, seluruh kinerja reksa dana berhasil mencatatkan kinerja positif pada pekan terakhir Desember 2023. Indeks reksa dana saham menguat paling tinggi sebesar +0,68%, karena adanya dorongan dari efek Santa Claus Rally pada akhir tahun.
Selanjutnya, disusul oleh indeks reksa dana campuran yang naik +0,54%, diikuti reksa dana pendapatan tetap, dan reksa dana pasar uang yang mencatat return positif masing-masing sebesar +0,16%, dan +0,09%.
Tim riset Infovesta mengatakan, pada pekan perdana 2024, di pasar saham, pergerakan IHSG diproyeksi melanjutkan tren bullish. Investor dapat memanfaatkan momentum volatilitas indeks di awal tahun serta memanfaatkan fenomena January Effect.
"Sedangkan pada pasar obligasi, investor dapat mengurangi porsi SBN dengan tenor pendek dan mulai melakukan akumulasi pada SBN dengan tenor panjang," tulis tim riset Infovesta dikutip Rabu, (3/1/2024).
Head of Investment Specialist Syailendra Capital Teguh Bagja mengatakan, kinerja pasar saham dan obligasi juga akan mendapatkan sentimen positif dari ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral AS Federal Reserve atau The Fed sebanyak tiga kali tahun ini.
Baca Juga
Adapun saat ini suku bunga The Fed masih ditahan di kisaran 5,25%-5,5% pada Federal Open Market Committee (FOMC) Desember 2023.
"Namun tahun 2024 juga ada resiko perlambatan ekonomi secara global yang patut diwaspadai sehingga sebaiknya investor tetap terus melakukan diversifikasi kelas aset untuk mengelola risiko volatilitas harga," ujar Teguh kepada Bisnis, dikutip Rabu, (3/1/2024).
Kendati demikian, menurutnya menjelang Pemilu 2024 diharapkan angka konsumsi masyarakat akan terus naik yang akan menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah kemungkinan perlambatan ekonomi global. Investor reksa dana pun disarankan untuk menyesuaikan profil risiko dalam meraup cuan di reksa dana.
"Sebaiknya investor menyesuaikan dengan kondisi profil resiko masing-masing, sebagai contoh untuk investor dengan profil resiko balance mungkin bisa mempertimbangkan komposisi 40% RD Saham, 30% RD Fixed Income, dan 30% RD Pasar Uang," jelasnya.
Alhasil, Teguh mengatakan dengan sederet sentimen positif tersebut, Syailendra Capital optimistis jumlah investor akan meningkat dengan terus menambah kanal distribusi baru. Dana kelolaan atau asset under management (AUM) pun ditarget tumbuh 20%-30% pada 2024.