Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mencapai target rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) atau tran saksi saham sepanjang 2023 sebesar Rp10,75 triliun setelah memangkasnya dari target awal tahun 2023 sebesar Rp14,75 triliun.
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan capaian RNTH 2023 serta keputusan pemangkasan target RNTH dilakukan karena terdapat beberapa data selama pandemi covid-19 yang menyebabkan Bursa tidak bisa memprediksi RNTH dan jumlah investor.
“Selama 2 tahun pandemi ada data yang tidak bisa kita gunakan untuk memperkirakan, termasuk jumlah investor dan RNTH,” katanya menjawab pertanyaan Bisnis, Selasa (2/1/2024).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) 2023 tercatat berada pada posisi Rp10,75 triliun. Capaian ini memenuhi target Bursa di posisi Rp10,75 triliun setelah memangkasnya dari target awal yang digadang-gadang dapat menembus angka Rp14,75 triliun.
Catatan itu juga jauh dari raihan RNTH 2022 yang tercatat sebesar Rp14,7 triliun. Padahal pada 2022, RNTH naik 10% secara year on year (yoy).
Sementara itu, untuk 2024 sendiri Bursa optimis dapat mencapai RNTH di level Rp12,25 triliun. Kondisi global yang dirasa akan lebih stabil membuat investor domestik dan asing lebih aktif bertransaksi di pasar modal.
Baca Juga
Salah satu isu yang dianggap dapat meningkatkan transaksi harian adalah pembukaan kode broker dan investor asing. Meski dirasa sebagai pemantik, OJK dan BEI justru memiliki pandangan berbeda terkait hal itu.
OJK terang-terangan mengatakan tidak akan membuka kode broker dan investor asing tetapi Bursa justru telah melakukan survei kepada Anggota Bursa.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Indonesia, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi mengatakan penghapusan kode broker dilakukan sebelumnya agar jangan sampai investor mengikuti sekuritas atau investor asing.
“Rumor dari mana itu buka kode broker? enggak lah,” kata Inarno saat ditemui di Bursa Efek Indonesia, Selasa (2/1/2024).
Inarno menjelaskan pasar saham Indonesia merupakan satu-satunya negara yang memang membuka kode broker-broker pada perdagangan sahamnya. Namun kebijakan tersebut dihapus guna menghindari investor yang melakukan transaksi berdasarkan sekuritas ataupun investor asing.
Di sisi lain, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy mengatakan sampai saat ini hasil survei mengenai pembukaan kode broker terhadap AB belum berada di tangan BEI. Hanya saja, kata dia, hasil survei tersebut pasti akan sama.
BEI mempertimbangkan pembukaan kode broker dengan data yang kemungkinan besar tidak akan real time melainkan di akhir sesi perdagangan.