Bisnis.com, JAKARTA — Perubahan nama PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.(TPIA) menjadi PT Chandra Asri Pacific telah disetujui para pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar di Jakarta, Jumat (29/12/2023). Manajemen menyebut, perubahan nama perusahaan adalah sebuah keniscayan seiring langkah diversifikasi TPIA ke bisnis di luar pertokimia.
"Perubahan nama ini merupakan bagian dari strategi Perseroan seiring dengan langkah korporasi terkait diversifikasi bisnis yang dilakukan tak hanya di sektor kimia, tetapi juga infrastruktur," tulis Head of Corporate Communications TPIA Chrysanthi Tarigan dalam keterangan resmi, Jumat (29/12/2023).
Chrysanthi menjelaskan pada RUPSLB kemarin, terdapat dua mata acara yang dibahas, yaitu Perubahan Anggaran Dasar Perseroan dan Persetujuan Perubahan Susunan Pengurus Perseroan.
Di mana peserta rapat telah menyetujui perubahan pada Pasal 1 ayat (1) Anggaran Dasar Chandra Asri mengenai Nama dan Tempat Kedudukan Perseroan, dimana nama Chandra Asri berubah dari PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. menjadi PT Chandra Asri Pacific Tbk. atau nama lain yang disetujui oleh Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.
Selain itu, lanjut Chrysanthi, dalam RUPSLB juga turut disetujui pengangkatan Anawat Chansaksoong sebagai Direktur Chandra Asri menggantikan Nattapong Tumsaroj yang telah menyampaikan surat pengunduran dirinya kepada Chandra Asri pada tanggal 8 Desember 2023.
Pencalonan Anawat Chansaksoong diusulkan oleh PT Top Investment Indonesia sebagai pemegang 15% saham Chandra Asri. Adapun, Anawat Chansaksoong akan menggantikan dan meneruskan sisa masa jabatan Bapak Nattapong Tumsaroj sebagai Direktur Chandra Asri terhitung efektif sejak tanggal 1 Januari 2024.
Baca Juga
"Chandra Asri memberikan apresiasi setinggi-tinggi kepada Bapak Nattapong Tumsaroj atas kontribusi dan dedikasi luar biasa yang beliau telah berikan selama menjabat sebagai Direktur Chandra Asri dalam mengawal perjalanan Chandra Asri menjadi perusahaan kimia terkemuka dan solusi infrastruktur di Indonesia," kata Chrysanthi.
Chrysanthi mengungkapkan, sepanjang tahun 2023 ini Chandra Asri telah melakukan diversifikasi bisnis untuk memberikan layanan yang lebih baik bagi para pemangku kepentingan dan meningkatkan kinerja perusahaan.
Chandra Asri berupaya menguatkan bisnisnya di sektor kimia dengan mendirikan pabrik chlor-alkali dan ethylene dichloride ("Pabrik CA-EDC”) melalui salah satu anak usaha Chandra Asri yang bernama PT Chandra Asri Alkali (”PT CAA”).
Selain untuk menguatkan bisnis Chandra Asri di sektor kimia, pendirian Pabrik CA-EDC ini juga dilakukan dalam rangka mendukung pengembangan industri hulu aluminium dan nikel untuk mewujudkan percepatan ekosistem Electric Vehicle (EV) dalam negeri serta mendukung sektor infrasturktur di tanah air.
Chandra Asri juga berupaya untuk menguatkan sektor infrastruktur dengan mengakuisisi PT Krakatau Daya Listrik (saat ini bernama PT Krakatau Chandra Energi (”PT KCE”)) dan PT Krakatau Tirta Industri (”PT KTI”) melalui salah satu anak usaha Chandra Asri yang bernama PT Chandra Daya Investasi (”PT CDI”), dimana PT CDI ini didedikasikan khusus untuk pengembangan solusi infrastruktur grup Chandra Asri.
"Diharapkan dengan adanya upaya penguatan sektor infrastruktur oleh grup Chandra Asri, pembangunan kompleks petrokimia berskala global yang dilakukan oleh anak usaha Chandra Asri yakni PT Chandra Asri Perkasa dapat berjalan dengan baik," pungkas Chrysanthi.
Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) berencana menggenjot lini bisnis energi baru terbarukan (EBT) terutama dalam pemanfaatan listrik ramah lingkungan.
TPIA memiliki Krakatau Chandra Energy (KCE) yang berfokus pada pembangkit listrik gas combined cycle power plant (CCPP) sebesar 120 megawatt (MW). KCE diploy menjadi Perusahaan penyedia energi baru terbarukan (EBT).
Direktur Legal, External Affairs & Circular Economy Chandra Asri Group Edi Rivai mengungkapkan kebutuhan listrik industri akan semakin meningkat. Hal itu sejalan dengan pertumbuhan industri petrokimia dan hilirisasi.
“Kami optimistis kebutuhan listrik akan semakin tinggi, termasuk ketersediaan bahan energi yang ramah lingkungan,” ujarnya belum lama ini.