Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas global diprediksi akan semakin mengilap pada awal 2024 mendatang. Salah satu faktor pendorongnya yakni ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada kuartal I/2024.
Mengacu data Bloomberg, pada perdagangan Selasa, (26/12/2023) pukul 11.30 WIB, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari 2024 di divisi Comex New York Exchange naik 0,28% ke level US$2.074,8 per troy ounce. Sedangkan harga emas spot naik 0,54% ke level US$2.064,15 per troy ounce.
Analis Komoditas Lukman Leong memproyeksikan harga emas akan kembali naik pada awal 2024, didorong oleh sentimen hasil FOMC The Fed Desember 2023 dan rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) AS.
"Hal itu meningkatkan ekspektasi akan pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada pertemuan Maret 2024. Saya perkirakan harga emas sudah akan di atas US$2.100 pada kuartal I/2024," ujar Lukman kepada Bisnis, dikutip Selasa, (26/12/2023).
Sebagaimana diketahui, The Fed masih memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di kisaran 5,25%-5,5% pada FOMC Desember 2023. Sedangkan data PDB AS meningkat sebesar 4,9% secara tahunan pada kuartal terakhir, direvisi turun dari angka yang dilaporkan sebelumnya sebesar 5,2%.
Alhasil, pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga Fed pada bulan Maret sebesar 83%, dibandingkan dengan 79% sebelum data tersebut dirilis, menurut alat CME FedWatch.
Baca Juga
Sementara itu, menurut Lukman Bank Indonesia (BI) hanya akan menurunkan suku bunga apabila tekanan dari dolar AS mereda. Adapun saat ini BI masih menahan BI rate di level 6%.
"Jadi menurut saya, sinyal BI cenderung mirip wait and see, bukan mengikuti langkah The Fed. BI juga bisa menurunkan suku bunga apabila inflow yang cukup besar dari investor yang mengantisipasi siklus pelonggaran," katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan, sentimen utama yang mendorong harga emas yaitu dari permintaan fisik bank sentral terutama China. Selain itu, ketidakpastian geopolitik dan perang juga tentunya merupakan insentif bagi harga emas.
Kendati demikian, menurutnya tingkat suku bunga juga berperan sangat besar untuk harga emas. Pasalnya, emas merupakan investasi tanpa bunga atau non interest holding yang memicu biaya peluang (opportunity cost).
"Sebagai contoh, dengan tingkat suku bunga sekarang, opportunity cost 1 ons emas adalah kurang lebih US$100 per tahun, jadi apabila emas dalam setahun naik kurang dari itu, maka investor telah merugi," pungkas Lukman.