Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Santa Claus Rally Datang Lebih Cepat? Cermati Faktor-faktor Pendorongnya

Potensi penurunan suku bunga The Fed maupun Bank Indonesia pada tahun depan, serta adanya momentum politik dapat menjadi sinyal hadirnya Santa Claus rally.
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Lonjakan pasar saham menjelang tutup tahun atau dikenal sebagai Santa Claus rally diperkirakan berpeluang terjadi tahun ini. Investor dapat mencermati sejumlah faktor yang mendukung fenomena tersebut. 

Presiden Direktur Kiwoom Sekuritas ChangKun Shin menuturkan pada umumnya, pasar saham cenderung menguat di kuartal IV, sehingga kinerja pasar saham di akhir tahun akan semakin baik. Shin menjelaskan, hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, yakni peningkatan aktivitas perdagangan menjelang akhir tahun. 

"Investor cenderung melakukan window dressing, yaitu kegiatan untuk memperbaiki kinerja portofolio mereka menjelang akhir tahun," kata Shin dikutip Minggu (17/12/2023). 

Selain itu, lanjut Shin, terdapat peningkatan optimisme investor. Menurutnya, investor cenderung optimistis dengan prospek ekonomi pada tahun depan. 

Faktor ketiga, kata Shin, adalah peningkatan permintaan dana untuk liburan. Investor cenderung menarik dana mereka dari pasar saham untuk digunakan untuk keperluan liburan.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Kiwoom Sekuritas melihat kemungkinan terjadinya Santa Claus rally pada akhir tahun ini cukup besar. Selain itu, potensi penurunan suku bunga dari The Fed maupun Bank Indonesia pada tahun depan, serta adanya momentum politik dapat menjadi sinyal hadirnya Santa Claus rally tahun ini.

"Namun, hal ini tetap harus diwaspadai karena pasar saham juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti kondisi ekonomi global dan kebijakan moneter dari bank sentral," tuturnya. 

Shin juga menjelaskan selain faktor tersebut, sentimen eksternal dari Amerika Serikat, dengan data inflasi yang melanjutkan penurunan membuat sikap the Fed lebih dovish dan potensi suku bunga bisa diturunkan. 

Dia pun melihat penurunan suku bunga ini bisa menjadi sinyal bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunganya. Hal tersebut mengingat data ekonomi Indonesia yang masih solid.

Adapun Kiwoom Sekuritas melihat terdapat peluang bagi investor untuk melakukan trading pada saham-saham LQ45. Saham-saham lain yang menurutnya bisa diperdagangkan di akhir tahun termasuk saham di indeks high dividend, terutama saham perbankan.

"Saham-saham perbankan seperti BBNI, BBRI, BMRI, dan BBCA masih bisa di perhatikan. Sektor fintech dan telekomunikasi pun masih bisa diperhatikan," ucapnya.

______________________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper