Bisnis.com, JAKARTA -- Taipan sektor pulp dan kertas Indonesia, Sukanto Tanoto, tengah bergerak melakukan ekspansi ke sektor usaha pembuatan tisu dengan menawarkan US$3,3 miliar atau Rp51,18 triliun (kurs Rp15.500 per dolar AS) kepada perusahaan tisu, Vinda.
Sukanto melalui grup bisnisnya Royal Golden Eagle (RGE), melakukan penawaran untuk mengambil alih Vinda International Holdings dengan membeli saham perusahaan pembuat tisu yang terdaftar di bursa Hong Kong itu dengan harga premium.
Sebelumnya, putri Sukanto, Belinda, yang merupakan direktur pelaksana Royal Golden Eagle (RGE), sudah memiliki 7,69 persen saham di Vinda melalui Beaumont Capital Fund.
Berdasarkan pengajuan ke Bursa Efek Hong Kong pada Jumat, harga penawaran RGE adalah 23,50 dolar Hong Kong per saham, atau lebih tinggi 13,5 persen dibandingkan penutupan hari Kamis di 20,70 dolar Hong Kong.
Dalam pengajuan oleh RGE menyatakan bahwa pemilik RGE dapat membayar maksimum 26 miliar dolar Hong Kong atau US$3,3 miliar, setara dengan Rp51 triliun jika semua pemegang saham menerima tawaran tersebut.
Profil Sukanto Tanoto
Baca Juga
Sukanto Tanoto adalah pemilik Royal Golden Eagle, yang dulu dikenal sebagai Raja Garuda Mas (RGM) pada 1973, sebuah grup yang bergerak di bidang pulp dan kertas, minyak sawit, dan energi.
Berhasil menjadi pengusaha sukses, kekayaannya telah mencapai US$3,2 miliar atau setara dengan Rp49,63 triliun sampai dengan 2023. Dia juga berhasil menduduki posisi orang terkaya di Indonesia ke-18.
Sukanto Tanoto lahir di Medan pada 1949 dan memulai karir sebagai seorang pengusaha ketika dia harus mengambil alih bisnis suku cadang dan perdagangan keluarganya setelah ayahnya mengalami stroke.
Dia memulai bisnis dan terpaksa meninggalkan pendidikan formal sejak usianya 17 tahun. Sukanto pun memutuskan memulai bisnis plywood pada 1970-an di Indonesia.
Menurutnya, saat itu Indonesia memiliki banyak proyek pembangunan dan ekspansi, sehingga terdapat kebutuhan yang meningkat untuk kayu lapis (plywood) di dalam negeri.
Sukses membangun bisnisnya dengan ketekunan dan kecerdasan menangkap peluang, Sukanto kemudian melebarkan sayap ke bisnis minyak dan gas. Dia memenangkan kontrak dalam pembangunan pipa gas untuk perusahaan minyak dan gas dari Pertamina.
Dari bisnis tersebut, pada masa krisis minyak 1972, Sukanto berhasil meraup cuan dari harga minyak yang melonjak dengan cepat. Dia kemudian memanfaatkan keuntungan tersebut untuk mengembangkan bisnisnya.
Pada pertengahan 1970-an, ketika sedang melakukan perjalanan ke Malaysia, Sukanto terinspirasi dengan berkembangnya industri kelapa sawit di sana dan berpikir untuk ikut mengembangkan bisnis tersebut di Indonesia.
Dari pemain lokal menjadi pemain global. Saat ini, grup bisnis RGE terus berkembang di bidang pulp dan kertas, minyak kelapa sawit, serat stapel viskosa, selulosa khusus, hingga pengembangan energi.
Salah satu perusahaan miliknya, Bracell, kini juga sudah menjadi salah satu produsen selulosa khusus terbesar di dunia, yang digunakan dalam segala hal mulai dari tisu bayi hingga es krim.
Bisnis yang dijalankan Royal Golden Eagle pun tidak terbatas di Indonesia. Mereka telah melebarkan sayapnya hingga ke Singapura, Malaysia, Filipina, Finlandia, China, Brasil, dan Kanada.