Bisnis.com, JAKARTA – Dua keluarga taipan Indonesia bersaing untuk mengakuisisi saham produsen tisu terkemuka asal China, Vinda International Ltd yang memiliki kapitalisasi pasar hingga Rp47,07 triliun.
Mengutip Bloomberg, Selasa (14/11/2023), Asia Pulp & Paper Co Ltd (APP), anak perusahaan Grup Sinarmas milik mendiang Eka Tjipta Widjaja, baru-baru ini membuat proposal awal untuk membeli kepemilikan signifikan di Vinda International Holdings Ltd.
Menurut sumber Bloomberg, APP sedang dalam pembicaraan dengan pemberi pinjaman untuk membiayai potensi akuisisi dan telah menawarkan untuk membeli saham Vinda dengan harga lebih dari 20 dolar Hong Kong per saham.
APP yang dikenal sebagai salah satu produsen pulp terbesar di dunia, juga menjual tisu di China dengan merek seperti Breeze dan Virjoy. Perusahaan menghadapi persaingan dari RGE Pte Ltd. milik pengusaha Indonesia Sukanto Tanoto yang memiliki gurita bisnis mulai dari minyak sawit hingga energi.
RGE, yang juga menjalankan bisnis pulp dan kertas, sedang mengerjakan tawaran potensial untuk kepemilikan saham pengendali di Vinda, Bloomberg melaporkan bulan lalu. Perusahaan ini sudah mulai unggul, dengan putri pendiri RGE yang memiliki 7% saham di Vinda dalam beberapa minggu terakhir.
APP dan RGE bersaing untuk membeli saham dari pemilik mayoritas Vinda, produsen produk perawatan pribadi asal Swedia, Essity AB, yang pada April lalu mengatakan bahwa kepemilikannya sedang dalam peninjauan strategis.
Baca Juga
Sebagai informasi. Vinda memiliki nilai pasar hampir US$3 miliar setara Rp47,07 triliun di Bursa Hong Kong dan menjual tisu dengan merek Tempo dan Tork. Vina juga membuat produk untuk perawatan kewanitaan, perawatan bayi dan inkontinensia.
Saham Vinda naik sebanyak 3,8% pada perdagangan Senin pagi di Hong Kong. Hal itu merupakan kenaikan intraday terbesar dalam lebih dari dua minggu.
Kepemilikan Essity juga telah menarik minat awal dari Suzano SA asal Brasil, serta perusahaan pembeli termasuk Bain Capital, CVC Capital Partners, dan DCP Capital.
Tidak ada kepastian bahwa salah satu pihak termasuk APP dan RGE akan melanjutkan penawaran yang mengikat. Setiap pemegang saham utama baru juga harus bekerja sama dengan pendiri Vinda, Li Chaowang, yang memiliki sekitar 21% saham.