Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Catat Penurunan Terburuk sejak 2018, Ironi OPEC+

Harga minyak Brent yang menguat di atas US$75 per barel, masih menuju penurunan mingguan ketujuh.
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak menguat pada perdagangan akhir pekan, Jumat (8/12/2023), tetapi masih berada di jalur penurunan mingguan terpanjang sejak 2018. Hal ini dipicu oleh kekhawatiran mengenai kelebihan pasokan global, dan para investor ragu bahwa pengurangan pasokan oleh OPEC+ menjadi solusi yang efektif.

Mengutip Bloomberg, Jumat (8/12/2023), patokan minyak Brent yang menguat di atas US$75 per barel, masih menuju penurunan mingguan ketujuh. Adapun minyak West Texas Intermediate mendekati US$70 per barel setelah turun 11% selama enam sesi perdagangan terakhir.

Secara teknikal, rentang waktu pada harga minyak yang menjadi patokan berada dalam struktur contango yang bearish hingga pertengahan tahun depan. Hal ini ditandai dengan kontrak-kontrak cepat diperdagangkan pada harga yang terdiskon.

Harga minyak mentah ditutup lebih rendah di setiap sesinya sejak pertemuan minggu lalu antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya karena rencana kelompok tersebut untuk melakukan pengurangan produksi lebih banyak ditanggapi secara skeptis oleh pasar.

Kemerosotan harga ini terjadi bahkan setelah produsen utama Arab Saudi mengatakan pembatasan tersebut dapat diperpanjang setelah bulan Maret 2024, diikuti oleh pernyataan serupa dari Rusia, Aljazair, dan Kuwait.

Muncul juga kekhawatiran mengenai lintasan permintaan. Konsumsi China diperkirakan akan tumbuh sebesar 500.000 barel per hari pada tahun depan, menurut survei Bloomberg, kurang dari sepertiga peningkatan yang terlihat pada tahun 2023. Sementara itu, di AS, banyak ekonom memperkirakan resesi akan dimulai tahun depan.

“Prospek permintaan minyak masih suram. Pemulihan China gagal mendapatkan daya tarik, sementara aktivitas pabrik di Barat terus mengalami kontraksi.” kata Ravindra Rao, kepala penelitian komoditas Kotak Securities Ltd. di Mumbai.

Penurunan harga minyak yang berkepanjangan, serta penurunan produk-produk terkait seperti bensin, akan menjadi keuntungan bagi para gubernur bank sentral dalam upaya mereka mengendalikan inflasi. Menurut data American Automobile Association, harga rata-rata bahan bakar kendaraan bermotor di AS telah jatuh ke level terendah dalam setahun.

Meskipun OPEC+ telah mengurangi pasokan dalam upaya menyeimbangkan kembali pasar dan mendukung harga, produksi dari perusahaan pengebor di luar kartel telah meningkat. Data resmi menunjukkan pasokan AS mencapai lebih dari 13 juta barel per hari, naik dari sekitar 12 juta barel per hari pada awal 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper