Bisnis.com, JAKARTA -- Harga minyak mentah sedikit menguat setelah mengalami penurunan selama lima hari. Harga minyak dunia telah mendekati level terendah Juni 2023. Pelemahan ini mengejutkan seiring belahan bumi utara bersiap memasuki musim dingin dan para negara produsen berkomitmen menguranagi produksi hingga 2024.
Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (8/12/2023), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Januari 2024 terpantau menguat 1,50% ke level US$70,38 per barel pada pukul 11.27 WIB.. Sementara itu, harga minyak patokan Brent kontrak Februari 2024 terpantau menguat 0,51% atau 0,38 poin ke level US$74,68 per barel.
Harga minyak mentah WTI kemarin sempat berada di bawah US$70 per barel. Kemudian harga minyak mentah Brent naik tipis menuju US$75,25 per barel setelah merosot 11%, dalam serangkaian kerugian terpanjang sejak Februari 2023.
Data resmi AS menunjukkan peningkatan kembali dalam persediaan minyak mentah di pusat Cushing. Produksi minyak juga mendekati rekor tertinggi, saat yang sama permintaan bensin melemah. Analisi memperkirakan pasokan yang ada cukup untuk menangani kebutuhan jangka pendek.
Trend penurunan minyak terjadi meskipun telah dicapainya kesepakatan minggu lalu oleh OPEC+ untuk memangkas produksi.
Harga minyak berjangka telah turun sekitar seperempat dari puncaknya pada September 2023, di tengah kekhawatiran peningkatan produksi non-OPEC melampaui permintaan. Terdapat juga spekulasi bahwa anggota OPEC+ sendiri mungkin tidak sepenuhnya mematuhi pembatasan tersebut.
Baca Juga
Prosesi dari para produsen aliansi telah menyatakan bahwa kesepakatan terbaru mereka akan tetap berlaku dan dapat diperpanjang. Arab Saudi mengatakan pada awal minggu ini bahwa pemangkasan dapat benar-benar bertahan hingga Maret 2023, dengan pernyataan serupa dari Rusia.
Sementara Aljazair dan Kuwait menambahkan suara yang sama, minyak mentah masih berada di bawah tekanan.
"Pasar tampaknya benar-benar mengesampingkan [langkah-langkah OPEC]," terang analis pasar senior di pialang Phillip Nova Pte di Singapura, Priyanka Sachdeva.
Adapun penurunan prospek China oleh Moody's Investors Service telah menambah pelemahan prospek di negara importir minyak mentah terbesar tersebut.
Mencerminkan pelemahan pasar yang lebih luas, metrik-metrik utama telah melemah, dengan Brent dan WTI berada di contango, di mana kontrak yang jatuh tempo lebih lama diperdagangkan dengan harga yang lebih tinggi daripada kontrak yang lebih dekat, hingga pertengahan 2024.
Timespread kontrak minyak Brent yang berakhir dalam tiga bulan adalah 19 sen per barel dalam keadaan contango, dan sebulan yang lalu sebesar 86 sen dalam keadaan backwardation, merupakan pola bullish yang berlawanan.
Menurut Citigroup Inc., aksi jual minyak dapat meningkatkan kemungkinan OPEC+ mengadakan pertemuan darurat dalam beberapa minggu ke depan. Analis bank tersebut menuturkan bahwa pasar sangat kecewa dengan serangkaian tindakan terbaru OPEC+ yang terjadi dengan latar belakang pelemahan.
Gambaran mingguan penawaran dan permintaan dari Badan Informasi Energi AS menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengamat pasar. Angka-angka menunjukan ekspor yang lebih rendah, meskipun data pelacakan kapal menunjukkan arus yang kuat dan bahkan mencapai rekor tertinggi. Selain itu, faktor penyesuaian yang disebut adjustment factor, mirip dengan margin of error, telah mencapai rekor terbesar.