Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Kembali Anjlok Dipicu Lesunya Permintaan

Harga minyak turun hampir 4% ke level terendah sejak bulan Juni menyusul kekhawatiran terhadap ekonomi China yang berpotensi mengikis permintaan.
Seorang pekerja berdiri di samping tangki penyimpanan minyak di Pilipinas Shell Petroleum Corp. Shell Import Facility Tabangao (SHIFT) di Batangas City, Filipina. Minyak mentah melemah pada Kamis (7/12/2023) menyusul kekhawatiran terhadap ekonomi China yang berpotensi mengikis permintaan./Bloomberg
Seorang pekerja berdiri di samping tangki penyimpanan minyak di Pilipinas Shell Petroleum Corp. Shell Import Facility Tabangao (SHIFT) di Batangas City, Filipina. Minyak mentah melemah pada Kamis (7/12/2023) menyusul kekhawatiran terhadap ekonomi China yang berpotensi mengikis permintaan./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak turun hampir 4% ke level terendah sejak bulan Juni pada penutupan perdagangan Rabu (6/12/2023), karena kekhawatiran terhadap permintaan bahan bakar global meningkat setelah data AS menunjukkan kenaikan persediaan bensin yang lebih besar dari perkiraan.

Mengutip Reuters, minyak mentah berjangka Brent ditutup turun US$2,90, atau 3,8%, menjadi US$74,30 per barel. Sementara minyak mentah berjangka WTI AS turun US$2,94, atau 4,1%, menjadi US$69,38 per barel.

“Ada penurunan permintaan yang datang dari sisi bahan bakar,” kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.

“Saat ini pasar lebih fokus pada permintaan dibandingkan pasokan,” tambahnya.

Kekhawatiran terhadap kesehatan perekonomian Tiongkok dan permintaan bahan bakar di masa depan juga membebani harga minyak, sehari setelah lembaga pemeringkat Moody's menurunkan prospek peringkat A1 Tiongkok menjadi negatif dari stabil.

Dolar AS juga menyentuh level tertingginya dalam dua minggu, yang menekan permintaan dengan membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Penurunan tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS tidak banyak mendukung harga. Persediaan minyak mentah turun 4,6 juta barel, jauh melebihi penurunan 1,4 juta barel yang diperkirakan para analis.

OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya seperti Rusia akhir pekan lalu menyetujui pengurangan produksi sukarela sekitar 2,2 juta barel per hari (bph) untuk kuartal pertama tahun 2024.

Pekan ini, para pejabat Saudi dan Rusia mengatakan pemotongan tersebut akan mencegah penumpukan persediaan minyak pada kuartal pertama dan dapat diperpanjang atau diperdalam.

Meskipun pasokan OPEC+ dibatasi, harga telah turun hampir 11% sejak penyelesaian pada 29 November, sehari sebelum pertemuan OPEC+.

Pada hari Rabu, Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan perjalanan ke Uni Emirat Arab dan Arab Saudi untuk bertemu dengan Presiden UEA Sheikh Mohammed Bin Zayed Al Nahyan dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman untuk membahas seputar minyak dan OPEC+.

Harga minyak mentah AS di masa depan berada pada titik tertinggi yang mendorong kenaikan harga minyak mentah, sebuah tanda pasokan yang cukup dan meningkatnya kekhawatiran akan lambatnya permintaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ibad Durrohman
Editor : Ibad Durrohman
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper