Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pertambangan batu bara milik Low Tuck Kwong, PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) mendapatkan penambahan fasilitas pinjaman omnibus revolving loan menjadi senilai US$230 juta dan perpanjangan fasilitas FX line selama 3 tahun dari Bank Permata.
Direktur Utama Bayan Resources Dato Low Tuck Kwong menyampaikan pada tanggal 4 Desember 2023, perseroan telah menandatangani perubahan terhadap perjanjian pemberian fasilitas perbankan dengan PT Bank Permata yang sebelumnya ditandatangani pada 22 Desember 2020.
Perubahan tersebut meliputi antara lain, Perpanjangan jangka waktu faslitas pinjaman bergulir atau omnibus revolving loan (RL)/GB/SBLC dan fasilitas FX line dari yang sebelumnya akan berakhir pada 20 Desember 2003 menjadi berakhir pada 20 Desember 2026.
"Selain itu, terjadi peningkatan jumlah fasilitas omnibus revolving loan (RL)BG/SBLC dari US$130 juta menjadi US$230 juta, yang terdiri dari US$200 juta untuk fasilitas RL dan US$30 juta untuk fasilitas BG/SBLC," kata Low Tuck Kwong dalam keterbukaan informasi, Rabu (6/12/2023).
Emiten bersandi BYAN ini mengungkapkan bahwa fasilitas perbankan tersebut digunakan untuk pembiayaan modal kerja dan mendukung kebutuhan jaminan bank, transaksi valas (spot dan forward, mata uang utama) perseroan dan para anak perusahaannya.
"Fasilitas perbankan ini dijamin oleh jaminan perusahaan yang diberikan oleh PT Bara Tabang yang merupakan anak usaha dari perseroan," ungkapnya.
Baca Juga
Lebih lanjut dengan pinjaman ini maka kegiatan operasional Perseroan dan anak usahanya terjamin kelancarannya, dan dana sewaktu-waktu dapat digunakan oleh Perussahaan dan anak usaha.
Sebagai informasi, BYAN mengalami tekanan kinerja dengan mencatatkan penurunan laba bersih dan pendapatan per kuartal III/2023.
Berdasarkan laporan keuangan di laman BEI, BYAN mencatatkan laba bersih US$910,5 juta atau sekitar Rp14,13 triliun (kurs jisdor Rp15.524 per dolar AS) pada 9 bulan pertama 2023. Laba bersih BYAN menyusut 44,05% secara year-on-year (yoy) dibandingkan periode sama 2022 sebesar US$1,62 miliar atau sekitar Rp25,26 triliun.
Turunnya laba bersih, BYAN sejalan dengan pendapatan yang menyusut 17,65% yoy menjadi US$2,75 miliar atau sekitar Rp42,8 triliun, dibandingkan per kuartal III/2022 sebesar US$3,34 miliar atau sektar Rp51,97 triliun.
Secara rinci berdasarkan segmen, pendapatan BYAN ditopang dari batu bara sebesar US$4,52 miliar, diikuti pendapatan non-batubara sebesar US$948,56 juta. Pendapatan itu dikurangi biaya eliminasi sebesar US$2,72 miliar.
Adapun, pelanggan ekspor terbesar BYAN dengan kontribusi di atas 10% yaitu China National Machinery Import and Export Corporation dengan menyumbang pendapatan sebesar US$201,61 juta. Sedangkan pendapatan dari pihak lainnya masing-masing di bawah 10%, totalnya mencapai US$2,18 miliar.
Menariknya, meski pendapatan turun, beban pokok perseroan justru naik 37,54% yoy menjadi US$1,43 miliar per 30 September 2023, dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar US$1,04 miliar.
Alhasil, laba bruto BYAN turun 42,58% yoy menjadi US$1,32 miliar, dibanding kuartal III/2022 sebesar US$2,30 miliar.