Bisnis.com, JAKARTA – Emiten BUMN konstruksi, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) membukukan kerugian sebesar Rp5,84 triliun per kuartal III/2023. WIKA pun berupaya mengejar kontrak baru sambil terus memperbaiki neraca keuangan. Salah satunya melalui penyertaan modal negara (PMN) lewat rights issue.
Berdasarkan laporan keuangan WIKA, rugi tersebut mengalami pembengkakan hingga 209 kali lipat dibandingkan rugi tahun sebelumnya yang sebesar Rp27,96 miliar.
Padahal, pendapatan bersih Wijaya Karya sepanjang periode Januari – September 2023 masih tumbuh 17,88% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp15,07 triliun.
Raihan tersebut ditopang segmen infrastruktur dan gedung yang meraih Rp8,09 triliun, segmen industri menyumbang Rp3,42 triliun, serta energi dan industrial plant mencapai Rp2,58 triliun.
Namun, pada saat bersamaan, perseroan membukukan beban pokok pendapatan sebesar Rp13,86 triliun atau mengalami kenaikan 18,60% YoY. Setelah pendapatan dikurangi beban pokok, laba kotor WIKA tercatat tumbuh 10,33% YoY menjadi Rp1,21 triliun.
Meski demikian, perseroan membukukan rugi usaha sebesar Rp3,66 triliun. Jumlah ini berbalik dari laba yang diraih pada tahun 2022 yakni sebesar Rp865,93 miliar.
Baca Juga
Emiten BUMN Karya ini juga menorehkan kenaikan beban keuangan sebesar 192,30% YoY, atau dari posisi Rp815,23 miliar menuju level Rp2,38 triliun pada kuartal III/2023.
Alhasil, setelah diakumulasikan dengan pendapatan dan beban lainnya, WIKA mencatatkan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp5,84 triliun.
Hingga kuartal III/2023, WIKA membukukan total aset sebesar Rp66,65 triliun atau turun 11,21% year-to-date (YtD). Adapun liabilitas turun 3,929% YtD menjadi Rp55,67 triliun, sementara ekuitas mencapai Rp10,97 triliun atau terkoreksi 37,28% YtD.
Adapun arus kas setara kas pada akhir periode September 2023 mencapai Rp1,78 triliun atau terkoreksi sebesar 45,36% YoY dari posisi sebelumnya Rp3,26 triliun.
Kontrak Baru
WIKA memprediksi nilai kontrak baru (NKB) mencapai Rp25 triliun-Rp27 triliun sampai akhir 2023.
Corporate Secretary WIKA Mahendra Vijaya menyampaikan sampai akhir 2023 WIKA memprediksi raihan kontrak baru sekitar Rp25 triliun-Rp27 triliun. Nilai kontrak baru tersebut turun dari raihan pada 2022 senilai Rp33,35 triliun.
"Raihan kontrak baru memang sudah kita prediksi turun pada 2023 karena WIKA sedang dalam kondisi standstill," paparnya, Jumat (24/11/2023).
Standstill adalah kondisi penghentian sementara pembayaran kewajiban finansial ke kreditur. Oleh karena itu, tender yang diikuti WIKA cenderung terbatas.
Mahendra mencontohkan, ada tender yang mensyaratkan adanya pinjaman perbankan ataupun pembukukan laporan tahunan yang laba. Karena tidak memenuhi syarat tersebut, WIKA pun tidak bisa mengikuti tender.
Perlambatan nilai kontrak baru juga diperkirakan berlanjut pada 2024 karena masa Pemilu termasuk Pilpres. Diperkirakan penawaran tender baru ramai pada kuartal II dan kuartal III tahun depan. Secara historis, pada tahun Pemilu raihan kontrak WIKA memang menurun.
"Siklusnya tahun Pemilu 2014 dan 2019 juga turun. Mudah-mudahan kuartal II atau kuartal III/2024 sudah ramai kembali tender. Setidaknya WIKA masih bisa mendapatkan kontrak baru Rp25 triliun pada 2024," imbuhnya.
Terkait strategi penyehatan keuangan, WIKA menjaga komposisi proyek pemerintah minimal 70%, melonjak dari sebelum Covid-19 sekitar 30%. Saat itu, WIKA mengejar proyek BUMN dan KPBU dengan belanja modal (capex) yang besar.
Rights Issue
Mahendra Vijaya menyampaikan PMN sebesar Rp6 triliun akan masuk melalui rights issue yang ditargetkan pada kuartal I/2024. Saat ini, perseroan sedang merancang aksi korporasi tersebut, termasuk rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) persetujuan rights issue.
"PMN masuk melalui skema rights issue, yang dananya untuk modal kerja. Target kuartal I/2024 realisasi PMN. Untuk RUPSLB kami harapkan terlaksana Januari 2024," ujarnya, Jumat (24/11/2023).
Dalam melaksanakan rights issue, WIKA menggunakan laporan keuangan per September 2023 yang masih dalam tahap audit. Oleh karena itu, WIKA belum menyampaikan laporan keuangan per kuartal III/2023 tersebut.
Mahendra Vijaya juga menjelaskan peluang adanya dana publik yang masuk lewat rights issue yang masih dalam tahap penghitungan. Saat ini, komposisi pemegang saham WIKA ialah Pemerintah 65%, dan publik sekitar 34,93%.
WIKA juga berharap PMN selanjutnya senilai Rp4 triliun dapat mengucur pada 2024 sehingga total PMN yang didapatkan mencapai Rp10 triliun.