Bisnis.com, JAKARTA -- Harga komoditas emas di pasar spot masuk ke zona hijau pada perdagangan pagi ini, Kamis (30/11/2023). Pada pukul 7.16 WIB, Bloomberg melaporkan harga emas menguat 0,03% menjadi US$2.044,88. Sementara itu harga batu bara tidak berubah di tengah India yang berambisi melakukan ekspansi pembangkit listrik tenaga uap. Sedangkan, CPO menguat di tengah tren naiknya harga minyak mentah dan penantian terhadap OPEC+
Berdasarkan data Bloomberg, batu bara ICE Newcastle kontrak Januari 2024 pada penutupan perdagangan Rabu (29/11/2023) tidak berubah dari penutupan hari sebelumnya, yakni melemah -0,93% atau -1,20 poin ke level US$127,90 per metrik ton. Adapun, kontrak untuk Desember 2023 mengalami penguatan, sebesar 0,31% atau 0,40 poin ke level US$127,85 per metrik ton.
Mengutip Reuters, Kamis (30/11) India bertujuan untuk menambah kapasitas pembangkit listrik berbasis batu bara sebesar 17 gigawatt dalam 16 bulan kedepan, menandakan laju tercepat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini dilakukan untuk mencegah pemadaman listrik akibat permintaan listrik.
Dorongan ekspansi ini juga dilakukan menjelang KTT iklim PBB COP28, dengan Prancis dan Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan membatasi pendanaan untuk pembangkit listrik batu bara. Langkah ini akan ditentang oleh India yang bergantung pada batu bara untuk 73% pembangkit listriknya.
Kemudian, Kamboja juga telah membatalkan rencana untuk membangun proyek pembangkit listrik tenaga batu bara sebesar US$1,5 miliar dengan kapasitas 700 megawatt. Sebagai gantinya, Kamboja akan membangun pembangkit listrik tenaga gas alam sebesar 800 megawatt.
Berdasarkan catatan Bisnis, impor batu bara termal China pada November 2023 diproyeksikan melonjak ke total bulanan tertinggi urutan kedua tahun ini.
Baca Juga
Menurut Kpler, diperkirakan impor batu bara China mencapai sekitar 29,21 juta metrik ton pada November 2023, naik 24,62 pada bulan sebelumnya dan menempati urutan kedua tertinggi sejak 30,21 juta metrik ton pada Mei 2023.
Sedangkan, menurut Kpler, impor Indonesia dan India pada November 2023 akan menurun. India diperkirakan akan mengimpor sekitar 17,78 juta metrik ton batubara termal pada bulan November, turun dari 18,82 juta pada bulan Oktober, bulan terkuat sejauh ini pada 2023.
Untuk Indonesia, impor diperkirakan turun menjadi 10,92 juta metrik ton di bulan November dari 12,19 juta di bulan Oktober 2023.
India juga akan meningkatkan impor batu bara kokas dari Rusia, lantaran pemasok utama Australia menurun. Hal ini dilakukan lantaran pabrik baja berjuang menghadapi kenaikan harga.
Harga Minyak Sawit (CPO) Hari Ini
Harga kontrak acuan crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit di bursa derivatif Malaysia pada Februari 2024 menurun -31 poin menjadi 3,866 ringgit per metrik ton. Kemudian, untuk kontrak Desember 2023 juga melemah -22 poin menjadi 3,734 ringgit per metrik ton.
Mengutip Reuters, harga minyak sawit berjangka Malaysia telah menurun pada Rabu (29/11) mengikuti pelemahan minyak saingannya di bursa Dalian dan kenaikan ringgit.
Kemudian, harga minyak mentah juga meningkat pada Rabu karena badai di wilayah Laut Hitam, mengganggu ekspor minyak dari Kazakhstan dan Rusia, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan ketatnya suplai.
Sementara, para investor juga menantikan keputusan penting dari OPEC+ yang dapat memperdalam atau memperpanjang pemangkasan produksi.
Di lain sisi, harga minyak mentah berjangka yang lebih kuat dapat membuat kelapa sawit menjadi pilihan yang lebih menarik untuk bahan baku biodiesel.
Kontrak kedelai paling aktif di Dalian, DBYcv1, menurun 0,05. Kontrak minyak kelapa sawit, DCPcv1, juga ikut melemah sebesar 1,11%.
Harga kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT), BOcv1, juga menurun 0,23% setelah lonjakan semalam lantaran ekspektasi cuaca panas dan kering di Brazil akan mengurangi hasil panen kedelai di negara produsen terbesar di dunia tersebut.
Analis teknikal Reuters, Wang Tao, menuturkan bahwa minyak kelapa sawit mungkin akan naik ke kisaran 3.935-3.953 ringgit per metrik ton dalam perkiraan wave c.
Berdasarkan data Bloomberg, ringgit Malaysia menguat 0,40% terhadap dolar. Menguatnya ringgit membuat minyak sawit kurang menarik bagi pemegang mata uang asing.