Bisnis.com, JAKARTA - Emiten batu bara yang dinakhodai Garibaldi Thohir Thohir, PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) memprediksi produksi batu bara pada 2023 mencapai 64 juta ton. Volume produksi tersebut melampaui rekor tertinggi pada 2022 sebesar 62,88 juta ton.
Lie Luckman, Chief Financial Officer (CFO) ADRO, menyampaikan pada 2023 Grup Adaro menargetkan produksi batu bara 62 juta-64 juta ton, yang diperkirakan bisa mencapai batas atas pada akhir tahun.
Produksi itu juga mencakup batu bara metalurgi dari Adaro Minerals atau PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR). Per September 2023, Adaro memproduksi batu bara 50,73 juta ton, naik 12% dari 45,37 juta ton per September 2022.
"Kami berada di posisi yang tepat mencapai batas atas produksi 64 juta ton pada 2023, dengan batu bara termal 60 juta ton, sedangkan batu bara metalurgi 4 juta ton," paparnya dalam Public Expose Live 2023, Selasa (28/11/2023).
Secara berturut-turut, volume penjualan batu bara Adaro ialah 2018 54,4 juta ton, 2019 59,2 juta ton, 2020 54,14 juta ton, 2021 51,58 juta ton, 2022 61,34 juta ton.
Untuk tahun depan, Lie Luckman menyampaikan, Adaro masih dalam tahap penyusunan bujet. Manajemen tentunya sudah membuat perencanaan jangka panjang sehingga Adaro tetap akan menjaga level produksinya.
Baca Juga
Adaro menargetkan kontribusi pendapatan bisnis batu bara termal dan non batu bara termal seimbang 50:50 pada 2030. Oleh karena itu, ADRO akan memacu bisnis smelter aluminium, energi baru terbarukan (EBT), dan batu bara metalurgi (coking coal).
Menurut Lie Luckman, untuk menyeimbangkan bisnis batu bara termal dan non termal Adaro akan memacu produksi batu bara metalurgi ADMR sekaligus proyek smelter aluminium. Per September 2023, ADMR menghasilkan batu bara metalurgi 3,98 juta ton, naik 55% dari tahun sebelumnya 2,56 juta ton.
Sampai akhir 2023, ADMR ditargetkan menghasilkan batu bara metalurgi 3,8 juta-4,3 juta ton. Dalam jangka panjang hingga 2025, ADMR diharapkan dapat memproduksi 6 juta ton batu bara metalurgi melalui pembukaan tambang baru.
Sejauh ini perseroan melalui perusahaan anak telah mengoperasikan dua konsesi PKP2B, yaitu melalui PT Lahai Coal (LC) dan PT Maruwai Coal (MC). Sementara itu, ADMR masih memiliki potensi produksi batu bara dari konsesi Juloi Coal, Kalteng Coal dan Sumber Barito Coal.
"Batu bara metalurgi memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan batu bara termal sehingga marginnya juga lebih baik," imbuhnya.
Selain itu, Adaro Minerals juga sedang mengembangkan smelter aluminium berkapasitas 500.000 ton per tahun untuk mendukung pengembangan industri kendaraan listrik di Indonesia. Diharapkan pengembangan tahap I selesai pada 2025 dan berkontribusi terhadap pendapatan ADRO.
Dalam jangka panjang, smelter yang berlokasi di Kalimanan Utara Industrial Park tersebut dapat menghasilkan 1,5 juta ton aluminium per tahun.
"Dua sektor ini [batu bara metalurgi dan smelter aluminium] akan memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan Adaro mulai 2025," papar Lie Luckman.