Bisnis.com, JAKARTA – Emiten migas PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA) bersiap masuk dua lini bisnis baru, Energi Baru Terbarukan (EBT) dan Amonia. Manajemen mengklaim dua lini bisnis memiliki prospek fundamental bagus, lalu bagaimana dengan kinerja sahamnya?
Berdasarkan data RTI Business pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (28/11/2023) saham RAJA ditutup parkir di level Rp1.045 per saham. Posisi ini naik 5,03% dibandingkan pada penutupan perdagangan kemarin.
Sepanjang hari ini, saham RAJA bergerak di rentang Rp995 hingga Rp1.050 per saham dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp4,42 triliun. Sebanyak 5,12 juta saham beredar dengan nilai transaksi mencapai Rp5,29 miliar.
Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengatakan sepanjang tahun RAJA cenderung bergerak sideways jika melihat higher timeframe di monthly chart. RAJA memiliki peluang untuk melanjutkan uptrend jika mampu menembus ke atas Rp1.230 yang kemungkinan baru akan terjadi awal tahun 2024 nanti.
“Upside targetnya terdekat Rp1.375 dan berikutnya Rp1.685. Sementara support penting di Rp845,” katanya menjawab pertanyaan Bisnis, Selasa (28/11/2023).
Adapun Direktur RAJA, Sumantri Suwarno RAJA mulai masuk dua lini bisnis baru. RAJA mendirikan dua anak usaha baru, yaitu PT Raharja Daya Energi di bidang energi terbarukan dan PT Banggai Amonia Indonesia di bidang petrokimia.
Baca Juga
Menurut Sumantri, di sektor petrokimia, sedang berlangsung persiapan untuk proyek amonia yang melibatkan tahap persiapan front dan engineering design, serta persiapan untuk pembangunan konstruksi pabrik.
Sementara itu, di sektor energi terbarukan, RAJA tengah melakukan pembicaraan intensif dengan perusahaan dari Timur Tengah untuk mengikuti tender Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dari PLN. Proses ini merupakan bagian dari komitmen RAJA untuk terlibat aktif dalam bisnis Energi Baru Terbarukan (EBT).
Terkait dengan bisnis utama yaitu minyak dan gas, RAJA memiliki keyakinan harga minyak dunia hingga akhir tahun 2023 akan berada di level US$88 per barel sementara untuk tahun depan berada pada level US$80 per barel.
Catatan Market Outlook 2024 Ciptadana Sekuritas menjelaskan harga minyak mentah akan kembali menguat di sisa 2023 hingga nanti sepanjang 2024. Harga minyak diyakini akan meningkat seiring dengan penurunan stok minyak global, produksi OPEC+ yang lebih rendah serta tingginya permintaan minyak.
Keterbatasan pasokan minyak diramal hanya akan sampai paruh ke dua 2024. Selain itu, OPEC+ diharapkan dapat kembali memproduksi minyak mentah sesuai dengan target produksi awal.
Adapun sentimen sementara yang mempengaruhi harga minyak berasal dari eskalasi konflik Israel dan Palestina. Riset menunjukkan pengaruh perang di Jalur Gaza ini tidak akan mempengaruhi harga minyak seperti perang Rusia – Ukraina.
Di sisi lain, pergerakan harga minyak dihantui oleh ancaman resesi global yang akan membawa harga minyak menjadi lebih rendah dari target harga. Efek domino dari resesi global dan inflasi khususnya AS adalah dolar AS yang menguat seiring dengan kebijakan agresif The Fed. Hal ini akan membuat negara-negara importir kesulitan membeli minyak mentah dalam mata uang lokal.
Ciptadana Sekuritas memperkirakan harga minyak sebesar US$86 per barel sepanjang 2023 dan US$90 per barel sepanjang tahun 2024. Adapun Konsensus Bloomberg memperkirakan harga minyak akan berada di level US$79,70 per barel untuk 2023 dan US$83,50 per barel untuk 2024.
______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.