Bisnis.com, JAKARTA – Emiten Grup Astra, PT United Tractors Tbk. (UNTR) berkomitmen tidak akan mengakuisisi tambang batu bara lagi melainkan tambang nikel, emas, tembaga dan mineral lainnya.
Corporate Secretary United Tractors Sara K. Loebis menjelaskan komitmen akuisisi ini didasari oleh pandangan UNTR yang melihat peluang bisnis tambang non batu bara.
“Yang jelas memang kita sudah komitmen untuk tidak lagi mengakuisisi tambang batu bara, melainkan membidik tambang mineral lainnya,” katanya saat ditemui di Jakarta, Kamis (23/11/2023).
Baru-baru ini, UNTR mengumumkan pembelian tambang nikel PT Anugrah Surya Pacific Resources melalui anak usahanya. Akuisisi perusahaan nikel ini memiliki nilai transaksi sebesar US$104,91 juta atau sekitar Rp1,64 triliun.
Anak usaha UNTR, PT Danusa Tambang Nusantara (DTN) menandatangani perjanjian jual beli saham (conditional share sale and purchase agreement/CSPA) saham Anugerah Surya Pacific pada 16 Oktober 2023.
DTN membeli saham Anugerah Surya Pacific (ASPR) dari PT Kalira Pascama (KP) sebanyak 33,33% saham, dari PT Bintang Prima Investama (BPI) sebanyak 16,67% saham, dan dari PT Anugerah Dayakaya Angkasa (ADA) sebanyak 16,67% saham.
Baca Juga
Sara mengaku akusisi tambang nikel yang dilakukan saat ini mempertimbangkan peluang bisnis jangka panjang, terlebih dalam sepanjang 2023 harga komoditas nikel ini masih dalam fase downtrend.
“Kita lihat jangka panjangnya, nikel biar bagaimanapun tetap memiliki peran penting dalam langkah pemerintah menju elektrifikasi. Begitu juga dengan tembaga dan lainnya,” jelasnya.
Sementara itu, selain tambang nikel, portofolio diversifikasi UNTR juga merambah ke tambang emas. Saat ini UNTR memiliki satu tambang emas yang sudah beroperasi dan satu tambang lagi yang diharapkan akan beroperasi pada paruh kedua 2024 mendatang.
Bisnis pertambangan emas dijalankan oleh PT Agincourt Resources (PTAR), di mana United Tractors memiliki saham sebesar 95%. PTAR mengoperasikan tambang emas Martabe yang berlokasi di daerah Tapanuli Selatan provinsi Sumatera Utara dengan area operasi seluas 479 hektare. Konstruksi tambang emas Martabe dimulai sejak tahun 2008 dan produksi dimulai pada tahun 2012.
Kemudian Tambang Sumbawa Jutaraya (SJR). Pada tahun 2024, rencananya kedua tambang Sumbawa Jutaraya (SJR) akan beroperasi. Produksi emas dari kedua tambang ini diharapkan mencapai 40.000 ons pada tahun pertama, dan di tahun berikutnya, jumlah produksinya diperkirakan akan meningkat menjadi 60.000 ons.