Bisnis.com, JAKARTA - Konglomerat Edwin Soeryadjaya menambah kepemilikan sahamnya di perusahaan investasi terafiliasi Sandiaga Uno, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG).
Manajemen SRTG mengumumkan, Presiden Komisaris Saratoga Edwin Soeryadjaya menambah kepemilikan sahamnya di SRTG. Pembelian saham mencapai 6.710.300 (6,71 juta) saham dengan harga rata-rata Rp1.418,72 dan Rp1.425. Oleh karena itu, total transaksi berkisar pembelian Rp1.575 per saham sehingga total transaksi berkisar Rp9,5 miliar.
"Tujuan transaksi pembelian saham SRTG oleh Presiden Komisaris Saratoga Edwin Soeryadjaya adalah investasi," jelas manajemen SRTG.
Transaksi saham dilakukan pada 3 November di harga rata-rata Rp1.418,72 dan 6 November 2023 di harga rata-rata Rp1.425. Edwin Soeryadjaya memborong saham SRTG secara langsung.
Kini, Edwin Soeryadjaya memiliki saham SRTG secara langsung sebanyak 4,52 miliar saham atau 33,22% dan tidak langsung 2,33 miliar saham atau 17,24% melalui PT Trimitra Utama Selaras (TUS), PT Unitras Pertama (UP), PT Nonferindo Utama (NFU), dan PT Pandu Dian Pertiwi.
Saratoga juga merupakan perusahaan terafiliasi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno. Sandiaga memegang 2,91 miliar saham SRTG atau setara 21,51 persen.
Baca Juga
Edwin Soeryadjaya cukup getol menambah saham SRTG. Sebelumnya Edwin juga memborong saham SRTG sebanyak 5,1 juta saham di harga Rp1.575 dengan total transaksi Rp8,03 miliar pada 11 Agustus 2023.
Kinerja Saratoga
Saratoga mencatatkan kerugian sebesar Rp10,6 triliun hingga kuartal III/2023. Adapun, net asset value (NAV) sebesar Rp49,8 triliun.
Mengacu laporan keuangan di laman BEI, net asset value Saratoga turun 18,96% secara year-on-year (yoy) dibandingkan periode kuartal III/2022 sebesar Rp61,51 triliun.
Adapun, SRTG mencatatkan kerugian neto sebesar Rp10,6 triliun pada 9 bulan 2023, dibandingkan periode tahun sebelumnya yang mencatatkan laba sebesar Rp7,14 triliun.
Penyebabnya, Saratoga membukukan kerugian neto atas investasi pada saham dan efek ekuitas lainnya sebesar Rp12,87 triliun dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp7,58 triliun.
Presiden Direktur SRTG Michael William P. Soeryadjaya mengatakan harga energi dan komoditas terus berfluktuasi dengan tingkat inflasi dan suku bunga global yang tinggi. Untuk menghadapi situasi tersebut, Saratoga menjalankan strategi investasinya secara lebih berhati-hati, disiplin dan mengedepankan pengelolaan arus kas yang kuat.
"Kami tetap berfokus pada peningkatkan value dari perusahaan-perusahaan portofolio yang sudah dimiliki oleh Saratoga. Kami meyakini lini-lini bisnis baru yang dibangun akan terus memperkuat fundamental investasi Saratoga melalui perusahaan portofolio," kata Michael dalam keterangannya dikutip Rabu, (1/11/2023).
Nilai investasi SRTG di perusahaan blue chip turun 19,16% yoy menjadi Rp41,41 triliun, dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp51,23 triliun. Beberapa emiten blue chip portofolio SRTG yaitu PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG), PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), dan PT Adaro Energy Tbk. (ADRO).
Sedangkan investasi saham SRTG di perusahaan berkembang juga turun 6,30% menjadi Rp5,61 triliun dibandingkan kuartal III/2022 sebesar Rp5,98 triliun. Sederet perusahaan berkembang portofolio SRTG yaitu PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX), PT Provident Investasi Bersama Tbk. (PALM) PT Nusa Raya Cipta Tbk. (NRCA) dan PT Samator Indo Gas Tbk. (AGII).
Di lain sisi, SRTG berhasil membukukan penghasilan dividen naik 22,30% yoy menjadi Rp1,69 triliun, dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp1,38 triliun. Namun, kas dan setara kas akhir periode SRTG turun 46,66% menjadi Rp576,59 miliar, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,08 triliun.
“Saratoga juga akan tetap mengoptimalkan setiap peluang investasi di sektor-sektor strategis yang berdampak besar bagi keberlanjutan ekonomi nasional. Seperti sektor kesehatan, produk konsumen, infrastruktur digital dan energi terbarukan,” tambah Michael.
Berdasarkan neraca, total aset SRTG naik menjadi Rp50,71 triliun, dibanding posisi akhir Desember 2022 sebesar Rp63,77 triliun. Liabilitas perseroan turun menjadi Rp2,40 triliun, sedangkan ekuitas juga turun menjadi Rp48,31 triliun.