Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah ke Rp15.636, Mata Uang Asia Rontok Dihantam Dolar AS

Rupiah ditutup melemah ke level Rp15.636 per dolar AS pada perdagangan hari ini (7/11/2023). Kompak dengan mayoritas mata uang asia yang juga terkoreksi.
Karyawati menghitung mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menghitung mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah ke level Rp15.636 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa, (7/11/2023). Pergerakan mata uang Asia lainnya terpantau lesu dihantam oleh dolar AS sore ini.

Berdasarkan data Bloomberg dikutip Selasa, (7/11/2023) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,62% atau 97 poin ke level Rp15.636 per dolar AS, setelah ditutup menguat pada perdagangan kemarin. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau menguat 0,28% ke posisi 105,51 pada sore ini.

Mayoritas mata uang Asia melemah terhadap dolar AS. Misalnya, yen Jepang melemah 0,26%, dolar Singapura terkoreksi 0,26%, dolar Taiwan turun 0,37%, dan won Korea melemah 0,79%.

Selanjutnya, peso Filipina terpantau turun 0,44%, rupee India melemah 0,06%, yuan China melemah 0,20%, baht Thailand terkoreksi 0,19%, dan ringgit Malaysia anjlok 0,79%. Hanya dolar Hongkong yang terpantau menguat tipis 0,03% terhadap dolar AS.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, kendati Bank Sentral AS The Fed telah mencatatkan beberapa kemajuan dalam melawan inflasi, namun inflasi AS masih jauh di atas target 2% yang berpotensi The Fed akan mengerek kembali suku bunga acuan.

Di lain sisi, dia bilang, data perdagangan China masih lesu, dengan capaian ekspor menyusut lebih dari yang diperkirakan pada Oktober 2023. Sementara surplus perdagangan negara tersebut menyempit ke level terlemah dalam 17 bulan.

Meskipun impor China meningkat secara tak terduga, pelemahan ekspor menandakan berlanjutnya penurunan mesin ekonomi terbesar China, yaitu eksportirnya. Sebagian besar penurunan ini disebabkan oleh memburuknya permintaan di negara tujuan ekspor terbesar China di wilayah Barat.

"Pelemahan di China menjadi pertanda buruk bagi pasar Asia yang lebih luas, yang bergantung pada negara tersebut sebagai pusat perdagangan. Data inflasi China akan dirilis akhir pekan ini, dan diharapkan dapat memberikan lebih banyak petunjuk terhadap raksasa Asia tersebut," ujar Ibrahim dalam riset, Selasa, (7/11/2023).

Dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2023 mencapai 4,94% secara year on year (yoy). Hal tersebut menurutnya sangat berbeda dengan prediksi pemerintah dan para ekonom sebesar 5,17%. Namun pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara di dunia.

Hal ini ditopang oleh solidnya permintaan domestik yang tecermin dari konsumsi rumah tangga dan kuatnya konsumsi domestik. Indeks keyakinan konsumen yang masih di level 121,7 pada November 2023.

Kemudian, dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga jadi kontributor tertinggi 52,62% terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal III/2023. Sedangkan, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) berkontribusi sebesar 29,68%.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup melemah di rentang  Rp15.620- Rp15.690," pungkas Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper