Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan konglomerasi Thailand, SCG, menyatakan dukungannya kepada Indonesia untuk mencapai target emisi nol bersih atau net zero emission pada 2060 atau lebih cepat, baik lewat investasi hijau maupun praktik environmental social governance (ESG).
Dalam ESG Symposium 2023 di Indonesia Kamis (2/11), President & CEO SCG Roongrote Rangsiyopash mengungkapkan kawasan Asia Tenggara rentan terdampak krisis global karena tingginya populasi dan pesatnya kegiatan ekonomi.
Di Indonesia sendiri, isu nasional yang terjadi hari ini meliputi krisis polusi udara, kenaikan permukaan air laut, pengelolaan limbah, dan kesenjangan ekonomi.
“Di tengah persoalan nyata, serta lanskap industri yang berkembang pesat, keberlanjutan bukan lagi sebuah pilihan, melainkan kewajiban. Dunia usaha berperan penting dalam membentuk masa depan,” ujarnya dalam acara yang mengusung tema Collaboration for Sustainable Indonesia.
Sesuai peningkatan target target penurunan emisi gas rumah kaca (Nationally Determined Contribution atau NDC), Indonesia memiliki pekerjaan rumah untuk mencapai nol emisi karbon pada 2060. Dengan dukungan internasional, pengurangan ini bahkan bisa mencapai 43%.
“Untuk itu, mari bersama-sama menyelaraskan langkah untuk mendukung kemajuan nasional dan menciptakan masa depan Indonesia yang lebih sehat dan sejahtera,” ujar Roongrote.
Baca Juga
SCG, yang memiliki bisnis di Indonesia—termasuk kepemilikan 30,57% saham di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA)—menyiapkan rencana investasi regional sebesar 5 milar baht atau sekitar lebih dari Rp2,1 triliun dalam inisiasi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).
Dana tersebut akan digunakan untuk keperluan riset, pengembangan teknologi, serta implementasi teknologi tersebut dalam rangkaian produksi dan operasional SCG di Indonesia.
Sementara itu, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Vivi Yulaswati mengatakan, pemerintah terus berupaya menciptakan ekosistem yang mendorong investasi untuk membiayai transisi menuju ekonomi hijau.
“Pembiayaan SDGs adalah platform yang dikelola oleh Bappenas untuk mengembangkan pendanaan proyek-proyek SDGs melalui berbagai skema seperti KPBU, pembiayaan campuran, pembiayaan ekuitas, dan lain-lain,” kata Vivi.
Konsep ESG, lanjutnya, menjadi paradigma baru dalam penciptaan nilai dalam bisnis. Konsep ini dapat menawarkan pendekatan yang luas untuk mitigasi risiko dan penciptaan nilai.
Berkembangnya peraturan dan standar yang mendorong adopsi ESG di sepanjang rantai nilai, mendorong kesadaran investor.
Di sisi lain, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Laksmi Dhewanti menyampaikan, saat ini dunia tengah menghadapi triple planet challenges, yaitu perubahan iklim, kehilangan keanekaragaman hayati, dan pencemaran lingkungan.
Untuk itu, ia bilang, konsep ESG menjadi game changer yang dapat membantu menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan, sehat, dan seimbang, serta memberikan insentif bagi perusahaan dan industri untuk lebih bertanggung jawab terhadap dampak lingkungan mereka.
“Kolaborasi dan kerja sama merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Komitmen Indonesia, pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan merupakan modal dasar yang harus dibarengi dengan kerja keras dan kerja cerdas dalam melaksanakan aksi-aksi nyata mitigasi perubahan iklim di semua sektor,” jelasnya.
Senada, Wakil Presiden Eksekutif SCG Thammasak Sethaudom mengatakan bahwa untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan target NDC memerlukan kolaborasi dari semua sektor. Untuk itu, ia pun mengajak kerja sama untuk keberlanjutan di Indonesia.
“Saya ingin mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk tetap menjaga semangat kolaboratif dan inovatif. Kita tidak dapat mencapai masa depan yang berkelanjutan sendirian; hal ini membutuhkan upaya kolektif dari beragam perspektif dan keahlian,” katanya.