Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah melemah setelah Israel mengerahkan pasukan militer ke Gaza dengan pendekatan yang lebih hati-hati dibandingkan yang dijanjikan sebelumnya. Hal ini memperkuat spekulasi bahwa pertempuran mungkin akan tetap terkendali meskipun ada retorika dari Iran.
Berdasarkan data Bloomberg, Senin (30/10/2023), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Desember 2023 melemah 1,45% atau 1,24 poin menjadi US$84,30 per barel pada pukul 13.36 WIB.
Kemudian, harga minyak Brent kontrak Desember 2023 juga melemah 1,18% atau 1,07 poin ke US$89,41 per barel.
Harga minyak mentah WTI telah menurun mendekati US$84 per barel. Kemudian, minyak mentah Brent juga telah menurun di bawah US$90 per barel setelah naik hampir 3% pada Jumat (27/10/23). Kemudian, meskipun Israel juga telah mengirimkan pasukan dan tank ke Jalur Gaza atas pembalasan serangan pada 7 Oktober 2023, Israel melakukan pendekatan hari demi hari.
Pasar minyak telah terpaku oleh konflik Gaza, karena kekhawatiran bahwa konflik tersebut dapat menyebar keluar wilayah. Timur Tengah menyumbang sepertiga dari suplai minyak mentah global dan ada kekhawatiran eskalasi perang dapat menyebabkan serangan terhadap kapal tanker minyak, ancaman pada titik maritim dan pengurangan ekspor dari Teheran.
Sebelumnya baik Teheran dan Washington telah memperingatkan bahwa konflik ini masih dapat menyebar. Iran menuturkan bahwa perang mungkin memaksa semua orang mengambil tindakan dan Penasihat Keamanan Nasional, Jake Sullivan, menuturkan bahwa Amerika Serikat (AS) melihat adanya peningkatan risiko dari penyebaran.
Baca Juga
“Akhir pekan menunjukkan konflik bersenjata masih terbatas di Israel dan Gaza – dalam hal ini, harga minyak mentah terlihat overbought,” jelas pendiri konsultan Vanda Insights di Singapura, Vandana Hari.
Lanjutnya, Hari menuturkan bahwa harga kemungkinan akan terus turun sampai peristiwa risiko berikutnya.
Iran sendiri merupakan pendukung utama Hamas. Teheran juga mendukung Hizbullah di Lebanon selatan, yang memiliki pasukan yang ditempatkan di sepanjang perbatasan utara Israel dan memiliki potensi untuk membuka front kedua dalam konflik ini.
Di luar Timur Tengah, terdapat tanda-tanda beragam mengenai keadaan pasar fisik. Stok minyak yang disimpan di pusat penyimpanan utama di Cushing, Oklahoma, masih mendekati level terendah sejak tahun 2014. Sementara itu, stok bensin yang belum pernah terjadi sebelumnya telah menumpuk di sepanjang Gulf Coast.
Kemudian, beberapa metrik pasar juga menunjukan kondisi yang tidak terlalu ketat. Selisih (spread) antara dua kontrak terdekat diketahui sebesar 75 sen per barel yang menandakan kemunduran.
Pola tersebut juga masih merupakan pola bullish, namun masih mendekati titik terendah yang terlihat pada minggu lalu dan lebih rendah dibandingkan sebelum memuncaknya konflik.
Selain itu, survei Bloomberg juga menunjukan bahwa Arab Saudi mungkin menahan diri untuk tidak menaikkan harga minyak utama untuk pelanggan Asia pada Desember 2023. Hal ini terjadi dalam pertama kalinya dalam enam bulan, karena melemahnya margin kilang minyak di seluruh wilayah tersebut.