Bisnis.com, JAKARTA - Emiten alat berat, PT Intraco Penta Tbk. (INTA) mencatat penjualan alat berat positif tumbuh sebesar 68% (year-on-year/yoy) periode September 2023, di tengah melemahnya harga batu bara.
Coorporate Secretary Intraco Penta, Astri Duhita Sari, mengatakan sentimen harga komoditas belum mempengaruhi kinerja perseroan. Hal ini ditunjukan dari total pendapatan yang naik 41% yoy hingga September 2023.
"Sepanjang 2023 sampai dengan periode September INTA berhasil menjual sebanyak 302 unit," kata Astri kepada Bisnis, dikutip Minggu (29/10/2023).
Dalam hal ini, Astri memastikan INTA tetap fokus untuk menjual alat berat di sektor pertambangan dan meyakini pertumbuhan akan positif sampai akhir tahun ini.
Untuk menggenjot kinerja, INTA mendorong pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mempercepat persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB).
"Percepatan persetujuan RKAB produksi tambang oleh pemerintah akan memberikan efek yang positif," tuturnya.
Baca Juga
Tak hanya itu, rencana pemerintah untuk memberikan persetujuan RKAB sektor tambang nikel dalam masa waktu 3 tahun, dari semula hanya 1 tahun, akan berdampak pada kepastian usaha di sektor tambang nikel.
Untuk diketahui, INTA mengejar target pendapatan Rp1,2 triliun sampai akhir 2023 di tengah fluktuasi harga komoditas. Adapun, per Juni 2023, INTA membukukan pendapatan usaha Rp416,69 miliar, naik 24,62% dari Rp334,35 miliar pada semester I/2022.
Penjualan alat berat mendominasi pendapatan INTA pada semester I/2023 sebesar Rp364,54 miliar, kemudian segmen jasa Rp50,08 miliar dan manufaktur Rp2,06 juta.
Diberitakan sebelumnya, Ketua Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI), Etot Listyono memperkirakan penjualan alat berat hanya dapat mencapai 18.000 unit kurang hingga akhir 2023, sedangkan pada 2022 lalu penjualan sebesar 20.300 unit.
"Perkiraan kami, kalau tahun lalu 2022 itu sampai 20.300 unit, mungkin kalau tahun ini 18.000 unit. Jadi, ada penurunan 11,3% sampai akhir tahun ini," kata Etot kepada Bisnis, Kamis (26/10/2023).
Menurut Etot, sebagian besar pelaku usaha masih konservatif dan memilih bersikap wait and see di tengah kondisi transisi struktur pemerintahan dan situasi geopolitik internasional yang masih panas.