Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Keuangan PT Pertamina Geothermal Energy Geothermal Energy Tbk. (PGEO) Nelwin Aldriansyah mengungkapkan beberapa penyebab yang mendorong perseroan menorehkan kinerja moncer hingga kuartal III/2023.
Mengacu laporan keuangan di laman BEI, PGEO mencatatkan laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$133,50 juta atau setara Rp2,06 triliun (kurs Jisdor Rp15.478 per dolar AS). Laba tersebut naik 19,81% dibanding periode sama tahun lalu sebesar US$111,43 juta.
Kenaikan laba bersih PGEO didorong pendapatan usaha sebesar US$308,92 juta atau setara Rp4,78 triliun hingga 30 September 2023. Pendapatan tersebut naik 7,49% year-on-year (yoy) dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar US$287,39 juta.
Nelwin mengatakan, pencapaian ini menunjukkan bahwa PGEO telah berhasil mengelola keuangan dengan baik. Selain itu juga PGEO telah mampu meningkatkan kinerja operasional dan pertumbuhan berkelanjutan.
Selain itu, setelah resmi melantai di Bursa Karbon atau IDXCarbon pada 26 September 2023, PGEO sudah membukukan pendapatan kredit karbon sebesar Rp11,3 miliar.
"Pada kuartal-III 2023 ini, PGEO juga sudah membukukan pendapatan kredit karbon sebesar US$732.000 atau Rp11,3 miliar yang merupakan pendapatan perdana dari bursa karbon Indonesia," ujar Nelwin dalam keterangannya dikutip Minggu, (29/10/2023).
Baca Juga
Adapun, pendapatan PGEO dari seluruh area, hingga 30 September 2023, Area Kamojang menyumbang pendapatan terbesar perseroan senilai US$109,6 juta atau Rp1,6 triliun, yang kemudian disusul oleh PGE Area Ulubelu senilai US$86,1 juta atau Rp1,3 triliun.
Selain itu, PGEO juga aktif menggandeng mitra strategis, di antaranya PT Jasa Daya Chevron (Chevron) dalam pengembangan Way Ratai, Africa Geothermal International Limited (AGIL) untuk mengembangkan potensi panas bumi pada konsesi Longonot di Kenya, serta Geothermal Development Company (GDC).
Seiring dengan naiknya pendapatan, beban pokok pendapatan PGEO juga tercatat naik 3,11% menjadi US$126,21 juta dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US122,40 juta.
Alhasil, laba bruto perseroan tercatat sebesar US$182,71 juta, setara dengan Rp2,82 triliun. Angka tersebut naik 10,74% dibandingkan dengan kuartal III/2022 sebesar US$122,40 juta.
Sementara itu, kas dan setara kas pada akhir periode tercatat sebesar US$682,99 juta atau naik 196,39% dibanding periode Desember tahun sebelumnya sebesar US$230,44 juta.
Berdasarkan neraca, total aset PGEO tumbuh menjadi US$2,90 miliar hingga 30 September 2023 dibanding posisi akhir Desember 2022 sebesar US$2,47 miliar.
Adapun, liabilitas perseroan turun menjadi US$966,88 juta dibanding akhir 2022 sebesar US$1,21 miliar. Sedangkan ekuitas naik menjadi US$1,93 miliar dibanding Desember 2022 sebesar US$1,25 miliar.
"Tingkat debt to equity ratio [DER] yang kuat, yaitu di 36,8% menjadi sinyal positif bagi kami untuk membuka peluang ekspansi usaha melalui pendanaan pihak ketiga," pungkas Nelwin.