Bisnis.com, JAKARTA - Emiten produsen beras merek Topi Koki PT Buyung Poetra Sembada Tbk. (HOKI) menargetkan pertumbuhan pendapatan sekitar 10% pada 2023 usai perseroan bertransformasi menjadi perusahaan fast moving consumer goods (FMCG).
Direktur Buyung Poetra Sembada Budiman Susilo menyampaikan bahwa pertumbuhan pendapatan tersebut akan didukung oleh potensi kenaikan volume penjualan setelah merambah bisnis FMCG. Ditargetkan, volume penjualan produk konsumer tumbuh hingga 50 persen pada semester II/2023.
"Kita masih optimistis bisa tumbuh [pendapatan] 10 persen, dibantu dengan produk-produk baru kami. Dengan datangya produk baru ini, yang mana tidak banyak pemain lain dan kualitasnya bagus, tentu akan lebih baik ke depannya," ujarnya dalam acara KamuBeliSahamApa Special, Kamis (12/10/2023).
Tak hanya itu, Budiman juga mengatakan bahwa peningakatan pendapatan akan didukung dengan hadirnya satu produk beras baru, yaitu beras porang yang ditargetkan hadir di pasaran pada akhir kuartal IV/2023. Sebelumnya, perseroan telah terlebih dahulu meluncurkan produk beras merah pada September 2023.
Kemudian, strategi lain yang juga disampaikan HOKI untuk menggenjot pendapatan pada semester II/2023 ialah dengan memperluas wilayah distribusi produk DailyMeal ke luar Jabodetabek seiring dengen meningkatnya angka penjualan produk tersebut. Emiten produsen beras tersebut berencana untuk berekspansi ke seluruh penjutu kota-kota besar di pulau Jawa.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2023, pendapatan emiten produsen beras ini naik 61,36 persen secara tahunan pada semester I/2023 menjadi Rp700,47 miliar dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp434,08 miliar.
Baca Juga
Peningkatan pendapatan HOKI diikuti dengan melonjaknya beban pokok penjualan sebesar 49,6 persen yoy dari Rp434,08 miliar menjadi Rp649,41 miliar. Hal ini membuat laba kotor HOKI tergerus ke Rp51,07 miliar atau turun sekitar 12,98 persen dari periode sama tahun 2022 yang sebesar Rp58,68 miliar.
Sementara itu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk turun 43,10 persen yoy menjadi Rp4,14 miliar dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp7,27 miliar.