Bisnis.com, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) kerap mencatatkan pemecahan rekor penghimpunan dana hasil penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Salah satunya adalah pencatatan saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO).
Pada April 2022, GOTO dapat menghimpun dana dari investor publik mencapai Rp13,7 triliun melalui skema IPO.Terdapat sekitar 300.000 investor yang berpartisipasi dalam IPO GOTO. Jumlah tersebut melampaui pemesanan saham PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA).
Sebagai pembanding, saat IPO PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), jumlah pemesanan saham mencapai sekitar 100.000 SID, dengan kelebihan permintaan hingga 8,7 kali. Sedangkan GoTo mencapai sekitar 300.000 SID dengan kelebihan permintaan sebanyak 15,7 kali.
Direktur Utama Indo Premier Sekuritas Moleonoto The menyampaikan jumlah investor yang berpartisipasi dalam (initial public offering/IPO) GoTo mencapai sekitar 300.000 single investor identification (SID), termasuk sebagian besar di antaranya adalah investor ritel.
“Pencapaian ini menunjukkan ketertarikan luar biasa publik terhadap bisnis model dan prospek masa depan GoTo. Rekor baru berhasil tercipta," kata Moelonoto dalam keterangan tertulis, Sabtu (9/4/2022).
SID adalah nomor identitas tunggal yang dikeluarkan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) kepada investor. Seorang investor hanya memiliki satu nomor SID dan menandakan pemiliknya telah terdaftar secara resmi sebagai investor di pasar modal.
Baca Juga
"Minat tinggi pasar membuat pesanan saham GoTo mengalami kelebihan permintaan hingga lebih dari 15 kali. Ini sebuah momen bersejarah, serta menjadi katalis positif bagi pergerakan IHSG yang beberapa kali sudah mencetak all-time high,” kata Moleonoto.
Di sisi lain, PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed saat bookbuilding sehingga jatah pembagian saham untuk investor ritel ditambah.
Semula, calon emiten dengan kode saham BUKA tersebut mengalokasikan jatah untuk investor ritel pada saat pooling allotment sebesar 2,5 persen. Namun, BUKA kelebihan minat sehingga porsi itu ditambah menjadi 5 persen. Alhasil nilai dari saham yang dialokasikan meningkat dari Rp547 miliar menjadi Rp1,1 triliun.
Plt. Direktur Utama Mandiri Sekuritas Silva Halim mengatakan ketika pooling terjadi oversubscribed hinga 8,7 kali. Hal itu membuat porsi ritel kemudian ditambahkan. Menurutnya ada 100.000 investor yang melakukan pemesanan.
Sementara itu, Direktur Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna mengatakan dalam tiga tahun terakhir rata-rata dana hasil IPO mengalami peningkatan. Berdasarkan catatan BEI, rata-rata dana yang telah dihimpun per IPO pada 2021 sebesar Rp421,4 miliar per IPO saham. Jumlah itu melambung pada 2022 menjadi Rp561,6 miliar per IPO saham dan pada tahun berjalan 2023 sebesar Rp729,3 miliar per IPO saham.
“Perusahaan-perusahaan tersebut berasal dari berbagai sektor usaha yang kami harapkan dapat menambah diversifikasi portofolio investasi bagi para investor,” katanya pada Sabtu, (7/10/2023).
Nyoman menegaskan bahwa BEI tidak hanya eksklusif bagi perusahaan sektor ataupun ukuran tertentu. Bursa, lanjutnya, senantiasa berupaya untuk memberikan pendekatan yang lebih inklusif sesuai dengan dinamika bisnis Indonesia.
Menurutnya BEI menyambut kehadiran perusahaan-perusahaan Indonesia dari berbagai ukuran, jenis dan sektor usaha dengan tetap memperhatikan aspek kualitas dan compliance.
“Harapannya, Bursa dapat memberikan kesempatan yang lebih luas dan menjadi katalis bagi perusahaan di Indonesia untuk mempercepat pertumbuhan bagi perusahaan dengan skala kecil dan menengah serta semakin memperbesar dan meningkatkan going concern bagi perusahaan dengan skala besar,” katanya.
Daftar IPO Jumbo di BEI antara 2020 sampai 2023:
1. PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) Rp21,9 triliun.
2. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) Rp18,8 triliun.
3. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) Rp13,7 triliun.
4. PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) Rp10,7 triliun.
5. PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) Rp10,0 triliun.
6. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) Rp9,0 triliun.
7. PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) Rp8,7 triliun
8. PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) Rp7,9 triliun.