Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia hari ini tercatat mengalami pelemahan dengan mengikuti tren di bawah US$90 per barel.
Harga hari ini pada Selasa (3/10/2023) minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) pada kontrak November 2023 melemah 0,87 persen atau 0,77 poin ke US$88,05 per barel pada pukul 13.02 WIB di New York Mercantile Exchange AS.
Kemudian, untuk harga minyak brent kontrak Desember 2023 juga melemah 1,06 persen atau 0,96 poin ke US$89,75 per barel pada pukul 13.02 WIB di bursa ICE Eropa.
Harga minyak tercatat turun empat hari berturut-turut, akibat adanya kekhawatiran ekonomi global yang mendominasi dibandingkan ketatnya pasar fisik yang membuat prospek permintaan menjadi tidak jelas.
Dalam sesi sebelumnya, minyak WTI diperdagangkan mendekati US$88 per barel setelah mengalami penurunan 2,2 persen. Penurunan harga ini terjadi karena pasar obligasi negara dan saham global mengalami penurunan hingga hari Selasa (2/10).
WTI juga telah menurun sekitar 6 persen sejak penutupan Rabu pekan lalu (26/9) karena kekhawatiran terhadap ekonomi global, menghentikan reli harga minyak yang sebelumnya melonjak sebesar 29 persen pada kuartal sebelumnya akibat pasokan yang ketat. Banyak analis yang memperkirakan bahwa harga minyak bisa mencapai US$100 per barel.
Baca Juga
Dolar kemudian juga diketahui menguat, lantaran para trader mencerna pesan bahwa bank sentral AS yakni Federal Reserve (The Fed) perlu mempertahankan biaya pinjaman lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Suku bunga yang lebih tinggi juga membuat biaya penyimpanan dan pengiriman minyak lebih mahal. Penguatan nilai dolar juga membuat menjadi lebih mahal bagi sebagian besar pembeli.
Kepala strategi komoditas di ING Groep NV Warren Patterson berpendapat bahwa penurunan harga minyak saat ini hanya sedikit berkaitan dengan faktor-faktor fundamental dan semuanya berhubungan dengan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah dan penguatan nilai dolar AS.
"Saya masih berpikir bahwa minyak masih memiliki ruang untuk bergerak lebih tinggi. Pada dasarnya, ini terlihat konstruktif," jelasnya, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (3/10).
Kurva berjangka masih mengindikasikan kelangkaan pasokan jangka pendek, namun telah berkurang dari minggu lalu. Spread harga prompt WTI saat ini adalah US$1.68 per barel dalam struktur backwardation yang menguntungkan, turun dari sebelumnya mencapai US$2.60 pada hari Kamis (28/9).
Citigroup Inc. dalam catatannya juga memperkirakan harga Brent akan turun menjadi di kisaran US$70-an per barel pada 2024 karena pasar kembali surplus. Permintaan terlihat terbatas dan ada lebih banyak minyak yang masuk ke pasar dari pemasok di luar OPEC+.
Sebagai catatan, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menjaga produksi tetap stabil bulan lalu karena kelompok dan sekutunya terus mengurangi pasokan. Ketatnya pasokan telah menyebabkan penurunan stok di pusat utama AS di Cushing, Oklahoma.
Kekurangan pasokan ini sebagian dapat diimbangi oleh peningkatan produksi di Amerika Serikat. Sementara itu, Turki mengatakan bahwa jalur pipa minyak utama dari Irak utara ke Mediterania dapat dilanjutkan minggu ini, yang dapat memberikan lebih banyak tekanan ke bawah pada minyak, meskipun seorang pejabat Irak meragukan jadwal tersebut.