Bisnis.com, JAKARTA – PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WTON) mencatatkan omzet kontrak baru sebesar Rp4,67 triliun per akhir Agustus 2023 atau tumbuh 11,46 persen secara tahunan.
Sekretaris Perusahaan WTON Dedi Indra mengatakan kontrak baru itu didominasi oleh proyek di bidang infrastruktur sebesar 68,89 persen, proyek industri 9,21 persen, properti 9,09 persen, kelistrikan 8,26 persen, serta sektor energi dan tambang masing-masing 3,01 dan 0,55 persen.
Adapun porsi terbesar berasal dari swasta yang berkontribusi 78,32 persen, BUMN mencapai 14,49 persen, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), selaku induk usaha, berkontribusi 5,70 persen, pemerintah mencapai 0,98 persen, dan afiliasi WIKA sebesar 0,51 persen.
Dedi mengatakan para pelanggan tersebut, di antaranya PT Girder Indonesia, PT PLN (Persero), KG-WIKA-JAKON-JV, KSO Abipraya Guntur, PT Hailiang Nova Material Indonesia, Permata Group, PT Pertamina, PT Phoenix Resources International, dan sejumlah pelanggan lainnya.
“Hingga kini WIKA Beton terus aktif menghasilkan ragam produk inovatif dengan tetap mengedepankan kualitas mutu produk dan jasa sebagai upaya mempertahankan kepercayaan pelanggan yang ada selama ini,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (25/9/2023).
Dia menyatakan WIKA Beton terus memacu kinerjanya meski di tengah kondisi yang berfluktuasi. Sejumlah strategi disiapkan oleh manajemen sampai dengan akhir 2023.
Baca Juga
Untuk memaksimalkan kinerja, perseroan menyiapkan strategi program efisiensi, percepatan waktu penagihan dan penyelesaian piutang, intensifikasi penjualan carry over, optimalisasi sumber daya, pemanfaatan teknologi, dan berbagai strategi lainnya.
WTON diketahui sedang memulai produksi komponen beton pracetak sabo dam modular untuk proyek rehabilitasi sistem penyediaan air baku hunian tetap (Huntap) Tondo di Palu, Sulawesi Tengah. Saat ini proses produksi dilakukan di mobile plant Wika Beton di Mamboro.
Sabo Dam merupakan jenis bangunan bendungan yang berfungsi untuk menampung dan mengendalikan banjir sedimen, serta mengarahkan aliran debris agar mengikuti alur sungai.
Adapun proyek Huntap Tondo dimiliki oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi III Palu Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dengan penyedia jasa utama PT Minarta Dutahutama.