Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka melemah ke Rp15.367 pada perdagangan awal pekan, Senin (18/9/2023) saat The Fed diperkirakan masih akan hawkish pada pertemuan FOMC pekan ini.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah melemah 0,08 persen atau 12 poin ke posisi Rp15.367 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS terpantau melemah 0,05 persen ke posisi 104,934.
Sejumlah mata uang asuabergerak bervariasi pada perdagangan pagi ini di hadapan dolar AS. Yen Jepang menguat 0,07 persen, dolar Hong Kong menguat 0,03 persen, dan peso Filipina menguat 0,001 persen.
Sementara itu, mata uang yang melemah bersama rupiah adalah dolar Singapura melemah 0,02 persen, dolar Taiwan melemah 0,20 persen, won Korea melemah 0,08 persen, rupee India melemah 0,17 persen, yuan China turun 0,17 persen, ringgit Malaysia melemah 0,10 persen dan bath Thailand melemah 0,02 persen.
Sebelumnya Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, mata uang rupiah pada hari ini akan fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp15.320- Rp15.390.
Hal tersebut karena The Fed diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunganya pada pertemuan minggu ini, namun ketahanan perekonomian kemungkinan berarti bahwa bank sentral AS akan mengulangi sikap hawkishnya.
Baca Juga
Bank Rakyat Tiongkok (PBOC) mengumumkan bahwa mereka akan melakukan pemotongan kedua sebesar 25 basis poin terhadap rasio persyaratan cadangan bank pada tahun ini.
Meskipun langkah tersebut bertujuan untuk menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung pemulihan ekonomi yang lemah, hal ini dapat memperburuk penurunan yuan yang sudah terpuruk karena suku bunga domestik semakin turun. PBOC telah memberikan stimulus "sedikit demi sedikit", namun perekonomian masih menderita karena kurangnya kepercayaan konsumen.
Namun indikator lain menunjukkan bahwa sebagian besar perekonomian Tiongkok masih berada di bawah tekanan. Investasi aset tetap – yang mewakili belanja modal oleh dunia usaha – tumbuh kurang dari perkiraan pada bulan Agustus, sementara harga rumah menurun selama sepuluh bulan berturut-turut.
Neraca perdagangan Indonesia masih mencatat surplus US$3,12 miliar pada Agustus 2023 dibandingkan capaian bulan sebelumnya sebesar US$1,31 miliar. Surplus neraca perdagangan Indonesia merupakan capaian selama 40 bulan secara berturut-turut sejak Mei 2020.
Surplus neraca perdagangan Agustus 2023 ditopang komoditas non-migas yang tercatat US$4,47 miliar. Adapun, komoditas penyumbang surplus utama, yaitu lemak dan minyak hewani/nabati HS 15, bahan bakar mineral HS 27, besi dan baja HS 72.
Pada saat yang sama, lanjutnya, neraca perdagangan komoditas migas defisit US$1,34 miliar dengan komoditas penyumbang defisit minyak mentah. Secara kumulatif hingga Agustus 2023, total surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$24,4 miliar.
Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi Januari-Agustus 2022 yang mencapai US$34,89 miliar. Surplus neraca perdagangan secara kumulatif pada tahun ini [Januari-Agustus 2023] turun US$10,55 dibandingkan periode tahun sebelumnya [yoy].