Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,34 persen ke level 6.959,33 pada perdagangan Kamis (14/9/2023). IHSG ditutup menguat setelah rilis data inflasi AS, dengan saham BBCA dan BBRI menjadi saham dengan nilai transaksi tertinggi hari ini.
Berdasarkan data RTI pukul 16.00 WIB, IHSG menguat 23,85 poin dan sempat mencapai level tertinggi 6.968 sepanjang sesi perdagangan. Adapun level terendah IHSG hari ini berada di level 6.929.
Kapitalisasi pasar IHSG naik ke Rp10.348 triliun. Terdapat 241 saham menguat, 282 saham berakhir di zona merah, dan 232 saham stagnan.
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menjadi saham berkapitalisasi pasar besar dengan nilai pembelian transaksi tertinggi hari ini, yakni mencapai Rp1 triliun. Saham BBCA menguat 0,28 persen ke level Rp9.100 pada perdagangan hari ini.
Pembelian dengan nilai jumbo disusul oleh saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang naik 0,46 persen ke level Rp5.425 per saham. Saham BBRI ditransaksikan dengan nilai Rp414,4 miliar sepanjang hari ini.
Saham lain yang menguat hari ini adalah saham BBNI naik 1,07 persen, ASII naik 0,40 persen, PGEO melesat 2,07 persen, dan saham milik konglomerat Prajogo Pangestu CUAN melesat 9,96 persen.
Baca Juga
Sementara itu, saham AMMN mengalami pelemahan bersama dengan saham BMRI. Kedua saham tersebut melemah masing-masing 0,86 persen ke level Rp5.775 dan turun 0,43 persen ke level Rp5.825.
Riset Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan IHSG bergerak menguat sejalan dengan bursa regional Asia yang mengalami kenaikan pascarilis data inflasi Amerika Serikat (AS).
Pelaku pasar atau investor tampaknya mempunyai pandangan hasil Inflasi AS, secara MoM naik dari sebelumnya 0,2 persen menjadi 0,6 persen, dan secara YoY naik dari sebelumnya 3,2 persen menjadi 3,7 persen.
Dengan data inflasi konsumen AS lebih tinggi dari perkiraan, hal ini tidak banyak mengubah ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan mendatang.
Hal ini dilatarbelakangi dari inflasi inti YoY mengalami penurunan dari sebelumnya 4,7 persen menjadi 4,3 persen.
"Angka inflasi inti tahunan memiliki bobot lebih besar dalam pengambilan keputusan kebijakan bank sentral. Sehingga membuat pelaku pasar memprediksi dengan probabilitas sebesar 97 persen bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga tetap stabil pada pertemuan minggu depan," tulis Pilarmas Investindo Sekuritas.