Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat ke level 6.962,19 pada penutupan sesi I perdagangan hari ini, Kamis (14/9/2023). Meski begitu, saham emiten big caps, BBCA, AMMN dan BBRI terpantau parkir di zona merah siang ini.
Pada pukul 12.00 WIB, IHSG naik 0,39 persen atau 26,71 poin ke level 6.962,19 pada perdagangan hari ini. IHSG bergerak pada rentang 6.929 hingga 6.967 sepanjang sesi.
Tercatat, 225 saham menguat, 267 saham melemah, dan 241 saham bergerak di tempat. Kapitalisasi pasar terpantau menjadi Rp10.338 triliun.
Saham paling laris pada perdagangan kali ini dipimpin oleh PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dengan nilai transaksi Rp269,6 miliar sampai dengan siang ini. Adapun saham BBCA siang ini terpantau turun 0,55 persen ke harga Rp9.025. Terlaris kedua ditempati oleh saham PT Amman Mineral International Tbk. (AMMN) dengan nilai transaksi mencapai Rp258,1 miliar. Saham AMMN juga terpantau melemah 0,86 persen ke level Rp5.775.
Kemudian di posisi ketiga saham paling laris diisi oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang terkoreksi 0,46 persen atau 25 poin ke level Rp5.375. Saham BBRI mencatatkan nilai transaksi sebesar Rp184,7 miliar sampai dengan siang ini.
Sementara emiten big caps yang parkir di zona hijau diantaranya, Saham PGEO yang naik 3,32 persen ke posisi Rp1.245. Selanjutnya saham GOTO juga menguat 3,45 persen ke level Rp90. Saham ASII juga terpantau menguat 0,40 persen atau 25 poin ke posisi Rp6.325.
Baca Juga
Sementara saham terboncos atau top losers hari ini ditempati oleh MAI yang ambles 17,98 persen ke level Rp488 per saham, disusul WIDI yang terpangkas 9,88 persen ke posisi Rp155 per saham, diposisi selanjutnya ada saham RELF dan AEGS yang turun masing-masing 8,97 persen dan 8,33 persen.
Sebelumnya, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan berdasarkan analisa teknikal, IHSG hari ini berpotensi menguat terbatas dengan support dan resistance di level 6.909–6.958. Data terbaru inflasi AS menjadi salah satu sentimen penggerak IHSG hari ini.
Inflasi AS untuk Agustus 2023 naik secara bulanan dari sebelumnya 0,2 persen menjadi 0,6 persen, dan secara tahunan (year-on-year/YoY) naik dari sebelumnya 3,2 persen menjadi 3,7 persen. Meskipun inflasi secara keseluruhan mengalami kenaikkan, inflasi inti YoY mengalami penurunan dari sebelumnya 4,7 persen menjadi 4,3 persen.
“Tentu hal ini mampu membuat kabar menjadi lebih baik, setidaknya untuk saat ini agar situasi dan kondisi tidak terlalu panas untuk The Fed menaikkan tingkat suku bunga,” kata Nico dalam risetnya, Kamis (14/9/2023).
Adapun kenaikan tajam pada inflasi datang dari kenaikkan harga bensin sebesar 10,6 persen secara musiman, didukung oleh kenaikkan minyak global, sehingga memberikan kontribusi sekitar 27 bps terhadap inflasi AS secara umum. Namun apabila dihitung dengan melakukan penyesuaian non musiman, maka harga bensin AS naik hampir 6,7 persen.
Nico menambahkan data inflasi umum AS yang mengalami kenaikkan tentu tidak diharapkan, apalagi disebabkan naiknya harga bensin. Inflasi inti memang mengalami penurunan, namun masih belum cukup.
“Meskipun demikian, data inflasi terbaru AS ini belum dapat dikatakan buruk sepenuhnya, karena ada kabar baik di dalamnya. Oleh sebab itu, The Fed masih akan membutuhkan beberapa data lagi sebagai pendukung kebijakan moneternya,” jelas dia.
Secara terpisah, analis Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya menjelaskan rentang konsolidasi wajar masih akan dilalui oleh IHSG mengingat secara year-to-date tercatat capital outflow investor asing.
Di sisi lain, kinerja emiten masih menunjukkan perbaikan serta rilis data perekonomian masih menunjukkan kondisi ekonomi Indonesia dalam keadaan stabil sehingga untuk jangka menengah hingga panjang IHSG masih berpotensi kembali naik.
William memprediksi IHSG hari ini berpotensi menguat pada kisaran 6.889-7.023. Adapun saham-saham yang menjadi rekomendasi adalah KLBF, BBCA, BBNI, JSMR, TLKM, PWON, TBIG, WIKA, dan ASRI.
___
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.