Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Grup Sinar Mas INKP Beli Lahan Buat Pabrik Rp57 Triliun

Grup Sinarmas PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) melakukan pembelian lahan untuk pengembangan pabrik kertas di Karawang.
Grup Sinarmas PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) melakukan pembelian lahan untuk pengembangan pabrik kertas di Karawang. /indakiat
Grup Sinarmas PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) melakukan pembelian lahan untuk pengembangan pabrik kertas di Karawang. /indakiat

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten Grup Sinarmas PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) melakukan pembelian lahan untuk pengembangan pabrik kertas di Karawang, Jawa Barat.

Direktur dan Corporate Secretary INKP Heri Santoso menyampaikan pada 8 September 2023, perseroan melakukan penandatanganan akta perjanjian pengikatan jual beli (PPJB). Penandatanganan dilakukan INKP dengan PT Persada Kharisma Perdana (PKP) dan PT Paramacipta Intinusa (PCI).

"Kedua PPJB dibuat di notaris Kota Tangerang," jelasnya dalam keterangan resmi, Rabu (13/9/2023).

Sesuai dengan keterbukaan informasi pada 29 Maret 2023, INKP telah menandatangani kesepakatan bersama dengan PKP dan PCI sehubungan pembelian lahan.

Objek lahan yang dimaksud ialah 34 bidang tanah milik PKP di Desa Kutanegara, Kecamatan Ciampel, Karawang, dengan total luas 2.086.775 m2 (206,67 hektare). Selanjutnya, 8 bidang tanah milik PCI di desa yang sama, seluas 1.133.718 m2 (113,37 hektare).

Sebelumnya, INKP akan mengumpulkan dana untuk ambisi pembangunan pabrik baru Indah Kiat Pulp & Paper di Karawang yang memakan dana US$3,63 miliar atau setara dengan Rp57,14 triliun.

Direktur Indah Kiat Pulp & Paper Kurniawan Yuwono menyebutkan dana tersebut 40 persen berasal dari belanja modal yang disiapkan INKP sebesar US$1 miliar atau setara Rp15 triliun.

“60 persen dana pembangunan pabrik berasal dari pinjaman bank jangka panjang dan surat utang lainnya (obligasi),” katanya dikutip Minggu (21 /5/2023).

Rencana salah satu upaya penggalangan dana adalah melalui penerbitan obligasi, namun Kurniawan enggan merincikan total obligasi yang akan diterbitkan karena masih harus melihat minat dan potensi serapan pasar.

Ambisi INKP membangun pabrik baru didasari oleh utilitas pabrik lama yang sudah mencapai 95 persen dan keyakinan atas peningkatan permintaan produksi yang akan datang.

Rencana pembangunan pabrik tersebut disetujui oleh para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Selasa (16/5/2023). Pabrik yang akan berdiri di Karawang, Jawa Barat tersebut rencananya berkapasitas 3,9 juta ton per tahun.

Kurniawan mengungkapkan kesiapan produksi pabrik terbagi dalam tiga tahap tergantung dengan jenis mesin pembuiat kertas. Tahap pertama yaitu mesin yang memproduksi white paper pada kuartal III/2024, tahap kedua yaitu mesin produksi brown paper yang akan beroperasi pada kuartal IV/2024 dan tahap ketiga mesin kedua white paper di kuartal III/2025.

Kurniawan bilang nantinya produksi pabrik baru seluruhnya akan dialokasikan untuk permintaan ekspor. Alokasi seluruhnya untuk permintaan ekspor dengan pertimbangan permintaan saat ini. Hingga akhir 2022, segmen ekspor INKP mencapai 55 persen sementara segmen domestik hanya 45 persen dari total produksi.

Hal itu karena negara tujuan ekspor INKP sudah meliputi 150 negara di 5 benua, sehingga permintaan saat ini tinggi dan diproyeksikan ke depan akan lebih meningkat.

Pada kuartal I/2023, segmen ekspor meningkat menjadi 60 persen dan permintaan dalam negeri turun ke 40 persen.

“Negara tujuan ekspor INKP saat ini ke 150 negara dan di 5 benua dan kami tidak menutup peluang kita akan ekspor ke negara lainnya. Di australia akan ada peningkatan penjualan jadi ada peluang akan penetrasi kesana,” kata Kurniawan.

Meski memiliki ambisi besar pada pembangunan pabrik dan dan keyakinan peningkatan permintaan produksi, INKP justru menargetkan pendapatan yang lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan tahun sebelumnya.

Emiten kertas Grup Sinarmas tersebut menargetkan pendapatan di angka US$3,8 miliar hingga US$3,9 miliar sepanjang 2023. Angka itu terpantau lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan sepanjang 2022 yang tercatat sebesar US$4 miliar.

Namun demikian, penambahan produksi kertas dari pabrik baru akan berkontribusi terhadap pendapatan bersih INKP sebesar US$1,3 miliar di tahun 2024. 

“Sementara laba bersih belum dapat dirincikan karena sangat bergantung dari harga dan permintaan yang sangat dinamis,” kata Kurniawan.

Kinerja INKP

INKP membukukan penjualan US$1,93 miliar atau setara Rp28,96 triliun (kurs jisdor 28 Juni 2023 Rp15.000) sepanjang semester I/2023. 

Berdasarkan laporan keuangan, INKP membukukan penjualan sebesar US$1,93 miliar atau setara dengan Rp28,96 triliun. Penjualan tersebut turun sebesar 0,52 persen dibandingkan dengan penjualan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$1,94 juta. 

Penjualan tersebut didominasi oleh penjualan ekspor kepada pihak ketiga sebesar US$1,14 miliar sementara penjualan ekpor pihak berelasi hanya sebesar US$6,19 juta. Sementara itu segmen penjualan lokal kepada pihak berelasi mendominasi yaitu sebesar US$758,59 juta dan pihak ketiga sebesar US$17,60 juta. 

Pada semester I/2023, total penjualan kepada pihak berelasi masing-masing sebesar US$764,8 juta  atau 39 persen sementara tahun sebelumnya sebesar US$906,0 juta atau sebesar 46,68 persen dari total penjualan neto konsolidasian. 

Jika melihat jenis produk maka penjualan pulp mendominasi sebesar US$676,37 juta, produk kertas budaya sebesar US$665,11 juta, dan kertas industri, tisu dan lainnya sebesar US$589,48 juta. 

Meski penjualan mengalami penurunan, beban pokok justru membengkak menjadi US$1,24 miliar yang setara dengan Rp18,67 triliun. Beban tersebut naik 4,37 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$1,19 miliar. 

Sementara beban pokok tercatat naik, beban usaha justru turun dari sebelumnya tercatat sebesar US$219,03 juta menjadi US$179,07 juta. Rugi selisih kurs juga tercatat sebesar US$62,61 juta dari sebelumnya yang tercatat laba kurs sebesar US$48,01 juta.

Alhasil akumulasi laba kotor juga ikut turun tipis 4,21 persen menjadi US$506,60 juta atau setara Rp7,59 triliun dari sebelumnya tercatat sebesar US$528,88 juta. 

Sementara itu laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar US$268,52 juta atau setara Rp4,02 triliun turun sebesar 32,06 persen dari sebelumnya yang tercatat sebesar US$395,26 juta. 

Di sisi lain, liabilitas INKP tercatat sebesar US$3,83 miliar, turun 5,06 persen dibandingkan periode 31 Desember 2022. Penurunan tersebut disebabkan oleh adanya penurunan liabilitas jangka pendek yaitu utang usaha menjadi sebesar US$2,03 miliar sementara liabilitas jangka panjang tercatat sebesar US$1,80 miliar. 

Adapun ekuitas emiten kertas ini naik menjadi US$5,85 miliar dari sebelumnya tercatat sebesar US$5,60 miliar. Sementara itu total aset tercatat sebesar US$9,68 miliar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper