Bisnis.com, JAKARTA – PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk. (ISAT) dikabarkan tengah menjajaki opsi penjualan aset dan saham pada unit bisnis fiber optik dengan nilai lebih dari US$1 miliar atau Rp15,34 triliun. Aksi ini dilakukan dengan mempertimbangkan minat investor global terhadap aset infrastruktur digital di Asia Tenggara.
Mengutip sumber Bloomberg, Jumat (8/9/2023), Indosat sedang melakukan tinjauan strategis terhadap bisnis fibernya. Transaksi tersebut ditaksir bernilai lebih dari US$1 miliar. Penjualan aset dan saham tersebut berpotensi menarik minat perusahaan lain di industri dan dana investasi.
Menurut sumber anonim Bloomberg, pertimbangan penjualan aset fiber optik Indosat masih bersifat awal dan perusahaan masih dapat memutuskan untuk tidak melakukan kesepakatan.
Seperti diketahui, CK Hutchison Holdings Ltd. dan Ooredoo QPSC dari Qatar menggabungkan bisnis telekomunikasi mereka di Indonesia dalam transaksi senilai US$6 miliar tahun lalu sebagai upaya grup tersebut untuk menangkis persaingan di pasar terbesar di Asia Tenggara dalam hal pelanggan.
Indosat telah meninjau aset infrastruktur digitalnya di tengah minat investor global. Indosat setuju untuk menjual portofolio menaranya ke Mitratel awal tahun ini setelah pelepasan menara yang lebih besar ke EdgePoint Infrastructure, perusahaan yang didukung oleh DigitalBridge Group Inc. dan Abu Dhabi Investment Authority pada 2021.
Tahun lalu, Indosat setuju untuk membentuk perusahaan patungan senilai US$300 juta usaha bisnis data center dengan Big Data Exchange, platform pusat data yang dimiliki oleh perusahaan investasi I Squared.
Baca Juga
Sebagi informasi, ISAT mencatatkan pendapatan selama Januari—Juni 2023 menembus Rp24,67 triliun atau 9,54 persen lebih tinggi daripada semester I/2022 sebesar Rp22,52 triliun.
Berdasarkan segmen, lini usaha selular berkontribusi sebesar 85,82 persen terhadap total pendapatan semester I/2023, menyumbang Rp21,17 triliun terhadap total pendapatan atau naik 8,39 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022 sebesar Rp19,53 triliun.
Akan tetapi, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ISAT tergerus 41,46 persen dari Rp3,26 triliun pada paruh pertama 2022, menjadi hanya Rp1,90 triliun di periode yang sama tahun ini.