Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah ditutup Melemah ke Rp15.294, Pasar Tunggu Pertemuan The Fed Selesai

Mata uang rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (6/9/2023) saat pasar khawatir akan pertemuan pejabat The Fed minggu ini.
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Selasa (5/9/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Selasa (5/9/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (6/9/2023) saat pasar khawatir akan pertemuan pejabat The Fed minggu ini. 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 0,16 persen atau 24,5 poin ke posisi Rp15.294. Padahal di saat yang sama, indeks dolar AS melemah 0,06 persen ke posisi 104,70. 

Adapun sejumlah mata uang Asia bergerak bervariasi cenderung melemah di hadapan dolar AS. Sebut saja dolar Hong Kong melemah 0,02 persen, dolar Singapura melemah 0,10 persen, dolar Taiwan melemah 0,13 persen, won Korea melemah 0,01 persen, dan peso Filipina melemah 0,15 persen. 

Kemudian rupee India melemah 0,13 persen, yuan China melemah 0,09 persen, ringgit Malaysia melemah 0,23 persen, dan bath Thailand melemah 0,12 persen. 

Pada hari ini, hanya yen Jepang yang menguat 0,20 persen di hadapan dolar AS. 

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan saat ini pasar sedang menunggu lebih lanjut tentang kebijakan moneter AS dari beberapa pejabat The Fed. Pasalnya, Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee, bersama dengan anggota komite pasar terbuka Fed John Williams dan Michelle Bowman akan berbicara pada hari Kamis.

Pidato tersebut disampaikan tepat sebelum penghentian komunikasi oleh The Fed, sebagai antisipasi pertemuan dua hari pada tanggal 19 dan 20 September. Bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya, di tengah tanda-tanda menurunnya aktivitas ekonomi baru-baru ini.

“Namun The Fed diperkirakan masih akan mempertahankan retorika hawkish-nya, mengingat inflasi masih stabil dan pasar tenaga kerja kuat. Gagasan ini diperkirakan akan membebani emas dan logam lainnya untuk sisa tahun ini,” katanya dalam riset harian, Rabu (6/9/2023). 

Sementara itu, dari dalam negeri, Indonesia perlu mewaspadai gejolak global, walaupun perekonomian RI tetap tumbuh 5 persen di 7 kuartal berturut-turut. Tahun depan pertumbuhan ekonomi diperkirakan bisa mencapai 5,2 persen, dengan tetap mengawasi beberapa isu jangka menengah dan jangka panjang.

Maksud dari isu jangka menengah dan jangka panjang adalah fragmentasi global, perubahan iklim, dan digitalisasi. Selain itu tetap berjaga-jaga jika ada pandemi di masa mendatang yang kemungkinan akan muncul kembali   dan akan menjadi prahara baru baik di Indonesia maupun dunia.

Kemudian, perekonomian global yang tumbuh diangka 6,3 persen pada 2021, hingga mengalami perlambatan ke 3,5 persen dibarengi dengan tingkat inflasi yang menurun. Namun pernah sangat tinggi di tahun 2022 hampir seluruh bank sentral menaikkan suku bunga untuk menanggulangi inflasi dan diperkirakan akan tumbuh 3 persen pada 2023 dan 2024.

Sehingga ada beberapa tantangan jangka pendek, Indonesia harus tetap mengawasi terkait dampaknya ke perekonomian Indonesia, serta memitigasi dampak yang ditimbulkan dari suku bunga yang tinggi di dunia dalam waktu yang lama terhadap perekonomian Indonesia. 

Ibrahim memproyeksikan pada perdagangan besok, Kamis (7/9/2023), rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.270 hingga Rp15.360. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper