Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Lesu ke Rp15.135 saat Dolar AS Makin Perkasa

Nilai tukar rupiah dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (6/9/2023) bersama mata uang Asia lainnya di tengah penguatan dolar AS.
Nilai tukar rupiah dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (6/9/2023) bersama mata uang Asia lainnya di tengah penguatan dolar AS. JIBI/Himawan L Nugraha. rn
Nilai tukar rupiah dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (6/9/2023) bersama mata uang Asia lainnya di tengah penguatan dolar AS. JIBI/Himawan L Nugraha. rn

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (6/9/2023). Sejalan dengan pelemahan rupiah, mayoritas mata uang lain di kawasan Asia juga terpantau lesu pagi ini. 

Mengutip data Bloomberg, nilai tukar rupiah melemah 0,29 persen atau turun 45 poin menuju level Rp15.135 per dolar AS. Di sisi lain, indeks dolar AS justru terapresiasi di angka 104,85 atau menguat sekitar 0,05 persen. 

Senasib dengan rupiah, mayoritas mata uang lain di kawasan Asia juga dibuka melemah pada perdagangan hari ini. Won Korea,misalnya, yang nilai tukarnya terhadap dolar AS menurun sekitar 0,34 persen atau 4,53 poin ke 1,335. 

Selanjutnya ada baht Thailand yang melemah 0,21 persen, yuan China yang turun 0,24 persen, dolar Singapura turun 0,17 persen, ringgit Malaysia yang melemah 0,30 persen. 

Diikuti oleh dolar Hongkong yang turun 0,01 persen, dolar Taiwan yang melemah 0,07 persen, rupee India yang turun 0,35 persen, serta peso Filipina yang mengalami penurunan sebesar 0,18 persen. 

Sebaliknya, nilai tukar mata uang yen Jepang justru tercatat menguat 0,05 persen atau 0,080 poin ke 147,64. 

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya mengatakan bahwa pergerakan nilai tukar mata uang akan dipengaruhi oleh ekspektasi The Fed yang akan mempertahankan suku bunga acuan lebih pada September 2023. Hal ini diperkirakan akan membatasi minat investor terhadap mata uang berisiko.

Indikator tenaga kerja dan inflasi baru-baru ini juga menunjukkan bahwa bank sentral masih perlu mempertahankan kebijakan yang ketat dalam jangka pendek. 

"Pasar kini fokus pada sejumlah pembicara The Fed minggu ini yang diperkirakan akan menawarkan lebih banyak isyarat mengenai kebijakan moneter sebelum keputusan suku bunga akhir bulan ini," jelasnya dalam keterangan tertulis, Selasa (5/9/2023).

Dari dalam negeri, lembaga pemeringkat Fitch Kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada BBB dengan outlook stabil pada 1 September 2023. 

Keputusan tersebut mempertimbangkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah yang baik serta rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang rendah. 

Adapun, Fitch menilai bahwa masih ada beberapa tantangan yang perlu direspon seperti penerimaan pemerintah yang masih rendah serta beberapa indikator struktural, termasuk indikator tata kelola yang relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara lain pada peringkat yang sama. 

Dalam laporannya, Fitch menilai ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5 persen pada 2023. Pertumbuhan ini ditopang oleh oleh konsumsi domestik yang solid di tengah pelemahan ekspor dan eskalasi risiko dari tertahannya pemulihan ekonomi China. 

Di sisi lain, Pemilu pada 2024 diperkirakan tidak memengaruhi investasi, bahkan belanja Pemilu partai dapat berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam enam bulan ke depan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper