Bisnis.com, JAKARTA — Erick Thohir berpeluang membawa Kementerian BUMN ke level tertingginya lewat rekor akumulasi setoran dividen jumbo ke kas negara. Capaian yang belum pernah dicicipi Menteri BUMN sebelumnya, Rini Soemarno.
Proyeksi itu merupakan hasil penelusuran Bisnis terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, yang diterbitkan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selama periode 2015—2022, dan Buku Nota Keuangan II beserta RAPBN 2024.
Hasilnya, Erick Thohir kemungkinan besar mengakumulasikan setoran dividen dari perusahaan-perusahaan pelat merah sebesar Rp277,99 triliun selama kurun lima tahun, yakni 2020—2024.
Hal ini dengan asumsi realisasi setoran dividen BUMN pada 2023 sesuai dengan outlook yakni Rp81,8 triliun, lalu mencapai target Rp80,8 triliun sebagaimana tertuang dalam RAPBN 2024.
Kendati masih perkiraan, peluang bagi Erick terbuka lebar. Sebab, tahun ini saja, Kementerian Keuangan mencatat setoran dividen BUMN tembus Rp60,23 triliun per Juli 2023 atau tumbuh 58,87 persen (year-on-year/YoY) dan mencapai 122,68 persen dari target pemerintah.
Raihan itu bahkan telah menggeser rekor setoran dividen Rini Soemarno kala masih menakhodai Kementerian BUMN. Rini yang menjabat selama periode 2014—2019 membukukan setoran dividen tertingginya pada 2019, yakni Rp50,53 triliun.
Jika diakumulasikan selama lima tahun menjabat, Rini Soemarno menorehkan setoran dividen BUMN sebesar Rp214,37 triliun yang mengalir ke kas negara. Terpaut Rp63,62 triliun dari proyeksi setoran dividen yang bakal disumbangkan Erick Thohir.
Di sisi lain, setoran jumbo dari perusahaan pelat merah merupakan wujud dari visi besar Erick dalam memimpin Kementerian BUMN. Transformasi menjadi agenda pertama yang muncul di benak Ketua Umum PSSI ini kala ditunjuk sebagai Menteri BUMN.
Dalam orasi ilmiah di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, dia menyatakan eternitas transformasi BUMN merupakan salah satu kunci kebangkitan ekonomi Indonesia baru.
Menurunya, eternitas transformasi BUMN memiliki makna bahwa transformasi perusahaan negara harus dilakukan kapan pun, oleh siapa pun, dan bagaimana pun, sebagaiman hakikat BUMN yang diamanatkan oleh konstitusi Undang-undang Dasar 1945.
"BUMN harus sehat, tak hanya finansial tetapi juga fundamental. Selama tiga tahun kami berupaya mewujudkan transformasi menyeluruh," ujar Erick pada medio Maret 2023.
Langkah transformasi BUMN juga ditempuh Erick melalui perampingan dan perbaikan portofolio jumlah perusahaan pelat merah. Tak heran, restrukturisasi korporasi seperti holding, merger, ataupun akuisisi kerap dilakukan Erick sejak 2020 silam.
Upaya ini pun membuat jumlah BUMN menurun drastis. Dari sebelumnya 118 perusahaan pada 2016 lantas menyusut hingga 41 entitas pada 2022. Besar kemungkinan, jumlah tersebut kembali berkurang seiring masih adanya perusahaan pelat merah bermasalah.
Saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, pekan lalu, Erick mengungkapkan rencana untuk menutup anak dan cucu usaha BUMN kurang sehat. Dia mengaku tak menutup mata bahwa saat ini masih banyak perusahaan negara dengan kondisi keuangan yang berdarah.
"Bulan depan kami tutup lagi kalau memang BUMN melahirkan anak cucu usaha tanpa izin, ataupun ada BUMN yang punya anak cucu tetapi menggerogoti filosofi kebersamaan kita," tutur Erick di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (31/8/2023).
Periode Erick Thohir sebagai Menteri BUMN memang tinggal menyisakan hitungan bulan. Namun, dengan transformasi yang terus menggema di sisa waktu ini, patut dinanti sejauh mana Kementerian BUMN mampu berlari menggapai setoran dividen tertinggi.
Baca Juga
JANGAN BERGANTUNG PADA BANK, JANGAN PULA TERBEBANI KARYA
Pemerintah menyadari bahwa perolehan dividen dari bank-bank pelat merah masih cukup dominan, sehingga ingin BUMN-BUMN lainnya lebih optimal menyetor dividen. Misalnya, dari PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), dan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA).
Pemerintah menetapkan target setoran dividen BUMN 2024 sebesar Rp80,8 triliun. Jumlah ini menurun 0,8 persen dibandingkan outlook 2023 yakni Rp81,5 triliun, tetapi lebih tinggi dibandingkan realisasi dividen 2022 yang mencapai Rp40,6 triliun.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Mahendra Sinulingga menyatakan bahwa target dividen BUMN 2024 jauh lebih tinggi dari realisasi 2023. Oleh karena itu, dia berharap emiten pelat merah mampu memberikan kontribusi optimal.
"[Untuk setoran dividen dari emiten] ya masih standar dari perbankan, ada Telkom kemudian dari pertambangan [ANTM dan PTBA]," ujar Arya saat ditemui di Gedung Kementerian BUMN, Selasa (29/8/2023).
Sebelumnya, Arya menyebutkan bahwa target dividen BUMN tahun 2024 memang berat untuk diraih. Kendati demikian, dia berharap BUMN yang dianggap sebagai prioritas mampu menyumbang setoran ke kas negara sesuai dengan target.
Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira berpendapat bahwa turunnya target dividen BUMN pada 2024 tidak terlepas dari tekanan likuiditas yang dihadapi BUMN Karya saat ini.
"BUMN memasuki fase konsolidasi ditunjukkan dengan tekanan likuiditas beberapa BUMN, khususnya BUMN Karya yang berpengaruh kepada laba yang dihasilkan," ujarnya kepada Bisnis, Senin (28/8/2023).
Menurutnya, tekanan yang dihadapi BUMN Karya juga berisiko menjalar ke sektor perbankan. Mengingat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sempat menyebutkan bahwa utang BUMN Karya kepada bank-bank pelat merah mencapai Rp46,21 triliun.
"Jika bank BUMN [BBRI, BMRI, BBNI, dan BBTN] kemudian harus mengeluarkan pencadangan, maka imbasnya ke laba bank BUMN yang tergerus," ujar Bhima.