Bisnis.com, JAKARTA - Pasar saham global jatuh pada hari ini selasa (05/09/2023), dikarenakan data sektor jasa China yang lemah, membangkitkan kembali kekhawatiran atas ekonomi negara kedua terbesar di dunia yang masih tersendat.
Sementara itu, Bank Sentral Australia, mempertahankan suku bunga yang tidak berubah, hal ini akan mendorong dolar Australia lebih rendah.
Indeks ekuitas Eropa dibuka pada zona merah, dengan tolok ukur pan-Eropa STOXX 600 (.STOXX) turun 0,8 persen, dan DAX Jerman (GDAXI), CAC 40 Prancis (FCHI) dan FTSE 100 Inggris (FTSE), dan secara keseluruhan telah mengalami kerugian antara 0,6 persen sampai 1,2 persen.
Indeks MSCI untuk saham-saham Asia Pasifik di luar Jepang (MIAPJ0000PUS) turun 1,1 persen, menjauh dari level tertinggi tiga minggu yang disentuhnya pada hari Senin. Hal ini mendorong indeks saham MSCI di seluruh dunia (MIWD00000PUS) turun menjadi 0,3 persen.
Reli terbaru pada saham-saham China, yang didorong oleh serentetan langkah-langkah pemerintah China untuk mendorong perekonomian yang goyah, dengan cepat kehilangan tenaga. Indeks CSI 300 (.CSI300) turun 0,7 persen, sementara Indeks Hang Seng (HSI) Hong Kong turun 2,1 persen, setelah pasar-pasar tersebut mencatat hari terbaiknya dalam lebih dari satu bulan terakhir pada hari Senin (04/09/2023).
Oleh karena itu, optimisme China dengan cepat berkurang, setelah survei sektor swasta menunjukkan pada hari Selasa (05/09/2023), bahwa aktivitas jasa China berekspansi dengan laju paling lambat dalam delapan bulan terakhir di bulan Agustus kemarin, sebab lemahnya permintaan, terus membebani negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Baca Juga
"Melesetnya PMI jasa Caixin China telah mengimbangi beberapa pergeseran sentimen yang kita dapatkan kemarin," ucap Charu Chanana, ahli strategi pasar di Saxo di Singapura, mengutip Reuters.
Namun, para investor tetap berharap, bahwa stimulus kebijakan Beijing, akan cukup untuk menstabilkan perekonomian China.
Dolar Australia merosot 1,4 persen menjadi $ 0,6374, hal ini merupakan penurunan harian terbesar dalam sebulan, setelah bank sentral negara Australia, mempertahankan suku bunga di 4,10 persen dan mengatakan bahwa data terbaru konsisten dengan inflasi yang kembali ke kisaran target 2 persen hingga 3 persen pada akhir 2025.
The RBA, yang diketuai oleh Gubernur Philip Lowe, menegaskan bahwa pengetatan lebih lanjut mungkin masih diperlukan untuk menekan inflasi. Sebagai informasi, Gubernur Lowe akan menyerahkan jabatannya kepada wakilnya Michele Bullock pada 18 September.
Pasar AS ditutup pada hari Senin (04/09/2023) untuk hari libur, yang menyebabkan volume perdagangan ringan. Sementara kalender ekonomi di wilayah ini kosong, beberapa pejabat Federal Reserve (The Fed) dijadwalkan untuk berbicara selama minggu ini.
Data pada hari Jumat (01/09/2023) menunjukkan pertumbuhan pekerjaan AS meningkat di bulan Agustus, tetapi tingkat pengangguran juga melonjak menjadi 3,8 persen, sementara kenaikan upah moderat. Sedikit celah di pasar tenaga kerja, mendukung ekspektasi bahwa the Fed kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga.
Pasar memperkirakan 93 persen kemungkinan The Fed, akan tetap mempertahankan suku bunga, dan tidak berubah di akhir bulan ini, alat FedWatch CME menunjukkan, sekitar 60 persen kemungkinan tidak ada kenaikan lagi pada tahun ini.
Saat ini. pasar juga condong ke arah kenaikan suku bunga pada pertemuan Bank Sentral Eropa di bulan September 2023, setelah serangkaian data yang lemah. Bukti terbaru saat ini, adalah penurunan yang lebih cepat pada aktivitas bisnis zona euro dibanding yang telah diperkirakan pada bulan lalu.
Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,07 persen atau 5,04 poin menjadi 6.991,70 pada penutupan sesi II perdagangan saham hari ini, Selasa (5/9/2023). IHSG bergerak pada rentang 6.972,62 sampai 7.014,48 sepanjang sesi. (Muhammad Omar Adibaskoro)