Bisnis.com, JAKARTA — Setelah dibuka pada rentang level Rp7.000, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan saham hari ini, Selasa (5/9/2023).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, IHSG melemah 0,07 persen atau 5,04 poin ke level 6.991,7 pada akhir perdagangan. Hari ini, IHSG bergerak di rentang 6.972,62 hingga 7.014,48.
Tercatat sebanyak 236 saham menguat, 286 saham melemah, dan 232 saham bergerak di tempat. Adapun market cap bertengger di level Rp10.336,74 triliun.
Dari jajaran saham berkapitalisasi pasar jumbo atau big cap, saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) menguat 1,85 persen menuju Rp9.625. Adapun saham PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) naik 0,40 persen ke level Rp4.990.
Selain itu, saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) juga terpantau menguat sebesar 0,27 persen menuju level Rp3.740 per lembar.
Di sisi lain, saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) melemah 2,84 persen menuju posisi Rp2.050 per lembar, sementara saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) membukukan penurunan sebesar 1,09 persen ke level Rp3.620.
Baca Juga
Adapun penghuni top gainers pada hari ini dipimpin oleh saham PT Madusari Murni Indah Tbk. (MOLI) yang melesat 17,99 persen ke level Rp446. Posisi ini disusul PT Grahaprima Suksesmandiri Tbk. (GTRA) yang naik 16,49 persen menuju Rp226.
Sementara itu, penghuni saham paling boncos atau top losers adalah PT Aviana Sinar Abadi Tbk. (IRSX) dengan pelemahan 27,54 persen menuju posisi Rp50. Sementara itu, saham ITSEC Asia Tbk. merosot 14,22 persen ke level Rp175 per lembar.
Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan bahwa tanpa arahan solid dari bursa global (4/9/2023), IHSG diperkirakan terkoreksi menguji kisaran 6.950—6.980.
Dari dalam negeri, pasar mengantisipasi data cadangan devisa (7/9/2023) dan Indeks Keyakinan Konsumen (8/9/2023). Cadangan devisa diyakini masih berada di kisaran 6 bulan impor, sementara IKK diyakini masih konsisten di atas 120.
Dari regional, pasar mengantisipasi data ekspor-impor China (7/9/2023) yang diperkirakan masih terkoreksi (secara year on year/YoY) pada Agustus 2023, tetapi lebih baik dibanding kondisi Juli 2023.
Selain itu, China diperkirakan mencatatkan inflasi sebesar 0,1 persen YoY di Agustus 2023, dibandingkan deflasi sebesar 0,3 persen YoY di Juli 2023. Kondisi ini diharapkan membangun keyakinan pasar terhadap perbaikan kondisi ekonomi domestik China di Agustus 2023.