Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah ke Rp15.237 setelah Rilis Data Inflasi

Rupiah dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (1/9/2023) meskipun dolar AS terkoreksi setelah rilis data inflasi.
Rupiah dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (1/9/2023) meskipun dolar AS terkoreksi setelah rilis data inflasi.  Bisnis/Himawan L Nugraha
Rupiah dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (1/9/2023) meskipun dolar AS terkoreksi setelah rilis data inflasi. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (1/9/2023). Penurunan rupiah terjadi di tengah melemahnya dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip data Bloomberg, rupiah melemah 7,50 poin atau 0,05 persen menuju level Rp15.237 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS turut melemah 0,02 persen ke 103,60

Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia dibuka fluktuatif. Won Korea, misalnya, menguat 0,19 persen, yen Jepang menguat 0,05 persen, sementara yuan China naik 0,06 persen. Adapun rupee India melemah 0,06 persen dan baht Thailand turun 0,01 persen.

Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Indonesia atau Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 3,27 persen pada Agustus 2023 secara tahunan. Secara bulanan, BPS mencatat terjadi deflasi secara bulanan (month-to-month/mtm) sebesar 0,02 persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyampaikan bahwa tingkat inflasi tersebut menurun dibandingkan dengan posisi inflasi bulan sebelumnya.

“Pada Agustus 2023 terjadi deflasi sebesar 0,02 persen secara bulan ke bulan atau terjaid penurunan IHK dari 115,24 pada Juli 2023 menjadi 115,22 pada Agustus 23,” katanya dalam konferensi pers, pagi ini, Jumat (1/9/2023).

Sebelumnya, Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi mengatakan sentimen rupiah juga datang dari pertumbuhan PDB kuartal II/2023 AS yang direvisi turun menjadi 2,1 persen secara kuartalan. 

Walaupun momentum pertumbuhan ekonomi kuartal II/2023 lebih lemah daripada ekspektasi awal, para ekonom memperkirakan momentum pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat masih akan tetap kuat di kuartal III/2023. Oleh karena itu, potensi terjadinya soft landing atau penurunan inflasi tanpa resesi masih cukup tinggi. 

Dari dalam negeri sentimen datang dari pertumbuhan uang beredar M2 naik tipis di bulan Juli menjadi 6,4 persen yoy. Kenaikan itu dipicu oleh meningkatnya pertumbuhan suplai uang beredar M1 yang terdiri atas tabungan, uang elektronik, dan uang kartal (tunai) menjadi 6,2 persen yoy. Adapun, pertumbuhan uang kuartal turun tajam menjadi 3,8 persen yoy. 

Laporan Monex Investindo Futures menyebutkan rilis data AS telah menekan dolar. Data penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian versi Automatic Data Processing Inc. (ADP) dilaporkan sebanyak 177.000 orang pada Agustus, jauh lebih rendah dari 371.000 orang serta di bawah forecast Trading Central 210.000 orang. 

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi (gross domestic product/GDP) kuartal II/2023 perhitungan kedua dilaporkan tumbuh 2 persen (quarterly annualized). Agka ini lebih rendah dibandingkan dengan pengukuran pertama 2,4 persen. 

"Rilis kedua data tersebut menguatkan ekspektasi bahwa bank sentral AS (The Fed) tidak akan menaikkan suku bunga lagi," papar Monex dalam publikasi risetnya, Kamis (31/8/2023).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper